Mohon tunggu...
Efwe
Efwe Mohon Tunggu... Administrasi - Officer yang Menulis

Penikmat Aksara, Ekonomi, Politik, dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Gadget Pilihan

Menelisik Tujuan Merger Gojek dan Tokopedia dan Dampaknya bagi Konsumen

18 Mei 2021   09:53 Diperbarui: 18 Mei 2021   10:21 1792
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Isu merger antara Gojek dan Tokopedia kini sudah bukan menjadi desas desus belaka. Keduanya, Senin (17/05/21) secara resmi mengumumkan bersatunya dua entitas bisnis start-up  ini lewat channel Youtube resmi milik mereka.

Entitas hasil merger ini mereka namakan GoTo, nilai total transaksi merger kedua perusahaan ini menggunakan laporan keuangan 2020 yang nilainya mencapai US$ 22 milyar atau setara dengan Rp. 312,4 triliun.

Angka ini mewakili 2 persen dari produk domestik bruto (PDB) Indonesia yang nilainya lebih dari US$1 triliun.

Lebih lanjut, pada tahun yang sama keduanya telah mencatatkan 1,8 miliar transaksi. Total armada pengemudi kemitraan berjumlah 2 juta lebih dan lebih dari 11 juta mitra pedagang, dengan pengguna aktif lebih dari 100 juta user.

Pembentukan grup baru ini menurut  pemimpin GoTo Andre Soelistyo  akan membuat mitra driver Gojek memiliki peluang pendapatan yang lebih besar antara lain dengan mengirimkan lebih banyak pesanan dari pengguna Tokopedia.

Sementara penjual dan mitra merchant dari berbagai skala bisnis akan mendapatkan berbagai manfaat dan kesempatan untuk meningkatkan usahanya.

Ekosistem yang terbentuk dari penggabungan diharapkan menciptakan keunikan yang saling melengkapi secara global.

Nantinya, kedua perusahaan ini akan saling melengkapi untuk berbagai layanan kepada konsumen, mulai dari e-commerce, pengiriman barang dan makanan, transportasi, hingga keuangan

Merger ini diklaim sebagai sebuah kolaborasi usaha terbesar di Indonesia, sekaligus dianggap sebagai kolaborasi terbesar antara dua  perusahaan internet dan layanan media di Asia saat ini.

Sejumlah sumber referensi yang saya dapatkan, menyebut bahwa GoTo akan menjadi kendaraan untuk berselancar di tengah persaingan bisnis ekonomi digital yang semakin ketat di Indonesia.

Bahkan sangat mungkin merger ini dilakukan untuk menembus level Asia Tenggara. GoTo akan berhadapan secara head to head dengan SEA Grup dengan salah satu lini usahanya Shopee yang sangat agresif melakukan penetrasi pasar di Asean dan Indonesia.

Selain SEA Grup, GoTo juga harus berhadapan dengan perusahaan hasil kolaborasi usaha Grab, Ovo, dan EMTEK.

Untuk itulah merger antara Gojek dan Tokopedia harus dilakukan, jika tidak bukan tidak mungkin mereka bisa tersingkir sebagai pemain utama dalam industri bisnis ekonomi digital ini.

Penggabungan keduanya dinilai oleh sejumlah pengamat ekonomi digital akan mampu menaikan pangsa pasar dan valuasi yang dimiliki keduanya.

Valuasi keduanya setelah merger diperkirakan akan mencapai US$ 25 milyar atau senilai Rp. 388 triliun. Meskipun memang angka valuasi GoTo masih jauh di bawah SEA Grup yang sebesar US$ 120 miliar, tetapi dengan model bisnis dan strategi yang jitu GoTo akan mampu menyaingi SEA Grup secara ketat.

Apalagi konon katanya menurut kabar yang beredar entitas baru hasil merger ini akan segera melakukan Go Public melalui mekanisme Initial Public Offering (IPO).

Walaupun demikian untuk menjadi raja bisnis ekonomi digital di Asia Tenggara masih sangat sulit, lantaran raksasa ekonomi digital asal negeri Tiongkok seperti Ali Baba dan Tencent secara de facto masih menjadi penguasa di kawasan ini, bahkan mereka penguasa di seluruh kawasan Asia.

Apalagi menurut desas desus yang beredar untuk membendung laju dominasi GoTo, 2 pesaing mereka Shopee dan Grab sedang berhitung untuk melakukan merger.

Terlepas dari berbagai isu dan tetek bengek merger antara keduanya, penggabungan keduanya dalam jangka pendek akan memberikan dampak positif terhadap konsumen.

Paling tidak ongkos kirim yang harus dibayarkan oleh konsumen menjadi lebih murah karena penggabungan ini bakal mengembangkan sistem logistik yang terintegrasi, hal ini membuat operasional mereka menjadi lebih efesien dan ujungnya akan memberi keumtungan bagi konsumen.

Meskipun demikian,  dalam jangka panjang ada potensi bermasalah dengan antitust dan monopoli di dunia ekonomi digital.

Namun asumsi potensi monopoli ini memang masih debatable lantaran sejumlah pengamat menyebutkan bahwa merger ini tak akan menjadi sebuah entitas yamg memonopoli ekonomi digital di Indonesia.

Menurut Lembaga Kajian Persaingan dan Kebijakan Usaha Fakultas Hukum Universitas Indonesia seperti dilansir Kompas.com, merger antara Gojek dan Tokopedia tidak menimbulkan potensi praktek monopoli.

Lantaran, kedua perusahaan tersebut memiliki core bisnis yang berbeda Gojek di marketplace jasa, sementara Tokopedia marketplace barang.

Sehingga risiko penguasaan tunggal atas produksi, pemasaran barang maupun jasa sangat-sangat minimal.

Ya, bagi kita sih selaku konsumen apapun yang dilakukan keduanya harapannya akan membawa dampak positif bagi masyarakat luas dan ekonomi Indonesia secara keseluruhan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun