Islam pada masa itu merupakan salah satu garda terdepan dalam mengusir penjajahan. Jadi kenapa tidak di masa kini Islam kembali menjadi yang terdepan dalam membangun bangsa dan negara ini.
Namun, faktanya partai politik Islam di Indonesia sejak jaman orde reformasi yang relatif bebas berdemokrasi tak pernah ada satu pun Partai Politik berbasis Islam yang berhasil memenangi pemilu.
Tahun 1999, setahun setelah reformasi terjadi PDIP meraup 34 persen suara yang membawanya menjadi partai pemenang pemilu.
Pada Pemilu 2004.Golkar berhasil meraih tahta pemenang pemilu dengan raihan suara sebesar 22 persen.
Kemudian Partai Demokrat berhasil menggusur Golkar sebagai pemenang Pemilu 2009 dengan suara yang berhasil diraih sebesar 25 persen.
PDIP kembali berhasil menduduki puncak klasemen peraih suara terbanyak dalam Pemilu berikutnya, raihan suaranya pada Pemilu 2014 dengan angka 18,5 persen suara pemiih.
Pada tahun Pemilu 2019, kembali posisi pemenang Pemilu diduduki PDIP dengan suara yang mereka peroleh sebesar 19,33 persen.
Lantas dimana posisi partai Islam pada 4 pemilu terakhir?
Pada Pemilu 1999 dari 17 Partai Politik Islam yang saat itu bermunculan bak jamur di musim penghujan menurut data yang saya olah dari Biro Pusat Statistik (BPS), hanya PPP yang masuk ke dalam 5 besar dengan raihan suara sebanyak 10,72 persen.
Sedangkan 2 Partai Islam yang lain hanya memperoleh raihan suara di bawah 2 persen, PBB 1,94 persen, Partai Keadilan 1,35 persen, sisanya hanya mampu menangguk suara di bawah 1 persen.
Dari ke 17 partai Islam yang ikut Pemilu, hanya PPP (58 kursi) dan PBB (13 kursi) yang lolos electoral threshold. Sedangkan yang lainnya, yaitu sebanyak 15 partai Islam tidak lolos electoral threshold.