Mohon tunggu...
Efwe
Efwe Mohon Tunggu... Administrasi - Officer yang Menulis

Penikmat Aksara, Ekonomi, Politik, dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Nostalgia, Cerita Lalu yang Memberi Kehangatan di Masa Kini

19 April 2021   13:07 Diperbarui: 19 April 2021   14:50 738
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sementara saat beranjak dewasa  seperti saat ini kepusingan muncul beraneka ragam, mulai dari urusan kantor, hingga berbagai cicilan yang harus segera dilunasi.

Itulah kenapa orang-orang suka sekali dengan nostalgia. Hal ini membuat kita merasa hangat dan nyaman. Saat masa kini tak berhasil ditaklukkan, maka kembalilah pada masa lalu yang menyenangkan, kelampauan yang manis dan enak dikenang.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh seorang Profesor Psikologi dari University of North Dakota State, Clay Routledge yang ia tuangkan k edalam bukunya bertajuk "The past makes the present meaningful: nostalgia as an existential resource."  Secara rata-rata manusia biasanya bernostalgia satu kali dalam seminggu.

Nostalgia ini bisa dipacu oleh berbagai hal mulai dari peristiwa tertentu seperti suasana Ramadan, lagu, wewangian, aroma, foto atau gambar, hingga makanan.

Nostalgia, menurut Routledge dapat membantu manusia menghubungkan pengalaman masa silam dengan kenyataan di masa kini atau persisnya menghangatkan dan menguatkan masa kini setiap individu.

Menurutnya, Nostalgia membuat orang-orang merasa dicintai dan dihargai serta meningkatkan persepsi kehangatan serta dukungan disaat kesepian datang melanda.

Untuk urusan nostalgia ini sastrawan besar asal Perancis Marcel Proust membuat istilah involuntary memory seperti yang ia tulis dalam novelnya yang cukup terkenal bertajuk  la Recherche du Temps Perdu dalam bahasa Inggris berarti In Search of Lost Time, atau Remembrance of Things Past.

Orang-orang menerjemahkan involuntary memory dengan istilah kenangan, yang kemunculannya tak serta merta, melainkan hadir karena pemicu khusus.

Menurut Proust, kenangan bisa muncul, atau tiba-tiba terlepas dari kotak pandora ingatan, karena ada rasa makanan, semeriwing aroma tertentu, atau perasaan terhadap obyek tertentu yang menjadi pemicu.

Dalam konteks Ramadan, Jajanan berbuka puasa, suasana ngabuburit atau pelaksanaan Shalat Tarawih bisa menjadi pemicu munculnya "involuntary memory" itu, sehingga kita dengan lancar merangkai ulang kenangan itu lewat tulisan kita.

Berbeda dengan voluntary memory, yang harus coba dimunculkan dengan ingatan yang dipanggil secara sadar, melalui sisi intelejensia di otak kita. Semacam hafalan, sesuatu yang diingat-ingat, bukan hal yang sekonyong hadir sebagaimana kenangan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun