Ibu saya sampai berkata dalam bahasa Sunda "alah siga rek beak we kadaharan saloba kitu". Â Dalam bahasa Indonesia artinya kira-kira "halah kaya mau abis aja makanan sebanyak itu"
Saya pun menjawab dengan tangkas "beak atuh", habis dong gitulah kira-kira. Begitu suara Adzan Magrib berkumandang tak ayal lagi dengan gercep saya sikat makanan itu satu persatu-satu.
Entah apa yang menghinggapi saya saat itu yang jelas makanan itu memang nyaris habis yang tersisa hanya jambu biji, tetapi akibatny saya "kamerakaan" alias kekenyangan pol.
Sampai tak bisa bangun, rasanya perut ini seperti mau meledak, perut bener-bener terasa enggak enak sampai akhirnya saya nangis karena merasa tak nyaman.
"Tuh kan makana jadi jelema ulah sarakah, sagala di dahar jadi weh kamerekaan" ujar ibu saat itu.
Tuh, kan makanya jadi orang itu jangan serakah , segalanya dimakan jadi saja kekenyangan"
Ibu langsung meraih sapu ijuk, terus diusap-usapkan ke perutku.. sampai akhirnya aku tertidur...
Itu salah satu pengalaman masa kecil saya saat Ramadan yang kini masih menempel erat dalam pikiran saya.Â
Akh jadi kangen ibu dan segala suasananya Ramadan saat kecil dulu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H