Meskipun memang untuk melegitimasi rasa tersebut kedua orang tersebut akhirnya harus bertemu langsung secara nyata.
Lebih jauh lagi, hampir setengah dari mereka sangat yakin hubungan yang mereka miliki dengan orang yang dikenalnya secara virtual itu akan cocok dan bisa berlanjut ke jenjang yang lebih serius pertunangan atau pernikahan.
Pandemi memang seperti menegaskan ketajaman penggunaan teknologi internet yang pada dasarnya tengah naik daun, dalam kehidupan manusia.
Penggunaan aplikasi kencan di masa pandemi menjadi sesuatu yang biasa saja. Pasalnya mereka beranggapan tanpa aplikasi kencan secara teknis akan sulit menemukan pasangan lantaran banyak pembatasan-pembatasan akibat pandemi ini.
Secara logika pun sebenarnya jatuh cinta tanpa pernah benar-benar bertemu, hanya lewat chatting dan Video Call sangat mungkin terjadi.
Dan saya pernah mengalami hal tersebut, pasalnya percakapan bila terbangun dengan baik bisa membuat kita tertawa dan tersenyum, dan tentu saja berlanjut berbagi pikiran dan perasaan, suka dan tidak suka, impian dan harapan, rahasia, dan lain sebagainya.
Di sini kita merasa seperti dapat berbicara dengan orang yang benar-benar terlihat, tentang apa saja dan otomatis hal itu membuat kita merasa nyaman untuk mengekspresikan diri dan menjadi diri sendiri dengannya.
Lamban laun, kita menjadi merasa memikirkannya meski telah  berusaha mengabaikan rasa itu.
Perasaan ini akan terekspose dalam diri secara tak kita sadari dengan terus memeriksa smartphone kita, apakah ada pesan dari si dia atau tidak.Â
Mulai menunggu pesannya muncul, dan ketika pesan itu muncul, hati kita  bergembira.Â
Selanjutnya, kita mulai bertanya-tanya pada diri sendiri "What if " dan berandai-andai tentang bertemu dengannya.