Saya sebenarnya tak peduli dengan pernikahan Atta Halilintar dan Aurel Hermansyah, tetapi karena kehadiran petinggi negara dalam acara ijab kabul yang diselenggarakan sangat mewah, tergelitik lah saya untuk menulis hal ini.
Dalam kondisi normal saja saya agak mengernyitkan dahi Presiden Republik Indonesia Joko Widodo berkenan hadir dalam acara tersebut, apalagi sekarang dalam suasana pandemi Covid-19, tambah saja merasa aneh.
Tentu saja sebagai pribadi Jokowi berhak menghadiri pernikahan siapapun yang mengundangnya, tapi akankah ia datang jika diundang  ke pernikahan pasangan rakyat jelata biasa yang dilaksanakan di ujung lorong sempit?
Suasana pandemi seperti saat ini  rakyat Indonesia dalam keadaan prihatin, dalam hal pernikahan banyak pasangan yang tadinya ingin bermegah-megah terpaksa harus membatalkan kemegahannya bahkan banyak yang melakukannya di kantor KUA terdekat, yang penuh kesederhanaan.
Sekalinya mencoba melakukan resepsi, eh dibubarkan aparat sampai dibentak-bentak bahkan lebih parahnya lagi ada beberapa kasus orang tua mempelai wanita ditetapkan menjadi tersangka oleh pihak kepolisian karena dianggap melanggar prokes.
Mereka sebenarnya tahu apa itu protokol kesehatan, tapi apa daya tempatnya memang sempit dan dana yang cekak, membuat mereka tak mampu menjalankan protokol kesehatan yang sempurna apalagi untuk mengadakan test rapid antigen atau Genose dalam rangka melakukan test kepada para tamunya agar memenuhi standar "prokes".
Tak seperti  Atta dan Aurel yang selebriti dengan harta berlimpah mereka memiliki privilege untuk melakukan itu semua.
Mulai dari hotel tempat pelaksanaan acara nan megah, disiarkan secara live oleh tivi swasta, dekorasi mahal nan indah, dan tak lupa dibarengi pula dengan pakaian-pakaian karya perancang-perancang terkenal.
Hal ini membuat urusan pernikahan pun mempertontonkan kesenjangan yang sangat hakiki.
Parahnya lagi kemudian foto-foto akad nikah mereka yang menjadikan Jokowi dan Prabowo sebagai saksi pernikahannya diunggah di laman resmi Sekretariat Negara, seolah kehadiran Jokowi ke pernikahan Atta dan Aurel itu tugas negara.
Di sini semua pihak yang terlibat dalam kegiatan tersebut, saya anggap tak memiliki sensitivitas terhadap kondisi masyarakat yang tengah dalam masa sulit akibat pandemi Covid-19.
Pejabat negara tertinggi seyogyanya memberi contoh yang benar. Menghadiri pernikahan yang sangat mewah dalam suasana dan kondisi masyarakat seperti sekarang dibarengi dengan ekspos yang luar biasa seperti itu bukanlah tindakan yang bijak dan bisa jadi membuat preseden buruk.
Apa gunanya kampanye protokol kesehatan dan pembatasan ini itu terhadap masyarakat dengan alasan memutus mata rantai penyebaran virus corona dilakukan jika suri tauladan tak dipajang oleh pemegang kuasa.
Pantas saja ragam kritik kemudian meluncur dari mulut dan jempol masyarakat kepada Jokowi, Prabowo, dan pejabat lainnya yang menghadiri acara tersebut, lantaran dianggap tak konsisten dalam memberi contoh kebijakan di masa pandemi.
Pantas pula mayoritas rakyat menjadi geram, ketika rakyat sekelas Aurel dan Atta yang memiliki kekayaan dan koneksi petinggi negara melangsungkan penikahan yang datang petinggi negara.
Mirisnya kalau hajatan di kota kecil dan di ujung-ujung gang sana yang datang malah satgas covid-19.
Ini kritik loh yah, bukan nyinyir apalagi menyampaikan ujaran kebencian, karena sebagai pendukung yang waras saya hanya ingin mengingatkan bapak Jokowi itu saja.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H