Mohon tunggu...
Efwe
Efwe Mohon Tunggu... Administrasi - Officer yang Menulis

Penikmat Aksara, Ekonomi, Politik, dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kekuatan dan Asal Muasal Simbol Mata Uang AS "$"

4 April 2021   06:33 Diperbarui: 4 April 2021   10:28 936
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Joachimsthaler merupakan koin perak yang diterbitkan oleh Kerajaan Bohemia pada tahun 1520. Bahan baku koin tersebut berasal dari sebuah tambang di Joachimstahl atau jika diterjemahkan dari bahasa Jerman bermakna lembah Joachim.

Koin-koin tersebut lantas dinamai Joachimsthaler yang dipersingkat menjadi thaler. Dalam dialek bahasa Belanda, thaler menjadi daler yang kemudian diucapkan kaum imigran mula-mula di Amerika Serikat

Sejak saat itu, kata daler berubah menjadi dollar dan diadopsi ke dalam bahasa Inggris, untuk kemudian disandingkan dengan simbol "$".

Seiring berjalannya waktu dibarengi dengan menguatnya perekonomian AS, simbol dollar menjadi salah satu simbol terkuat di dunia yang maknany tak sekedar mata uang AS.

Simbol tersebut dimaknai seperti lambang mimpi Amerika dengan berbagai turunannya yang bersifat konsumerisme dan komodifikasi.

Begitu simbol itu tampak, otak kita secara otomatis mungkin langsung membayangkan ketamakan dan kapitalisme yang merajalela.

Simbol ini bahkan telah dikooptasi menjadi budaya pop, dan banyak dipinjam untuk menjadi inspirasi bagi para seniman, misalnya Salvador Dali seorang pelukis hyper realistik pernah membuat lukisan indah yang menggambarkan kumis berlambang dollar.

Tak ketinggalan pula seniman pop yang sangat terkenal asal AS, Andy Warhol yang melukiskan simbol dollar dalam lukisan akrilik yang sangat terkenal dan kini berharga ratusan juta dollar.

Tak sampai disitu lambang dollar pun secara luas digunakan untuk bahasa pemrograman komputer hingga emoji-emoji kekinian.

Simbol mata uang Amerika tersebut kini sudah menjadi perlambang prosperity bagi kebanyakan umat manusia

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun