Dua aksi teror yang terjadi dalam sepekan ini membuat kita terhenyak, ada 1 hal utama yang kita bisa cermati dari 2 kejadian tersebut yakni masalah usia para pelaku teror yang datang dari kalangan muda.
Lukman dan istrinya pelaku bom bunuh diri di depan Gereja Katedral Makasar pekan lalu keduanya merupakan kelahiran tahun 1995.
Artinya mereka masih berusia 25 atau 26 tahun. Usia yang bisa dikelompokan pada generasi milenial.
Pun demikian dengan Zakiah Aini, perempuan yang menyusup dan melakukan teror di Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia di Jakarta Selatan, usianya pun samaÂ
Kita menjadi berpikir, kok bisa usia semuda itu sudah terpapar paham radikal yang membuatnya berani berbuat se-ekstrim itu.
Meskipun sebenarnya menurut Prof Hermawan Sulistyo seperti yang dilansir Kompas.TV tren usia muda dalam melakukan aksi terorisme ini sudah terjadi sejak bom JW.Marriot II beberapa tahun silam.
"Bahkan pelakunya di Marriot itu belasan tahun"Ujarnya saat menjawab pertanyaan News Anchor Kompas.TV, Aiman Witjaksono.
Menjawab kondisi ini, pengamat terorisme menyatakan bahwa banyak anak muda terjaring oleh kelompok-kelompok teroris  melalui dunia maya.
Usia muda membuat mereka belum ajeg benar dalam memahami agama, ketika ada pihak yang menawarkan jalan pintas menuju surga melalui amaliyah bunuh diri seperti itu, mereka tanpa pemikiran yang komprhensif menerima saja.
Menurut peneliti terorisme dari Universitas Malikulsaleh Aceh, Al Chaidir seperti dilansir BBC. Sejak 4 tahun belakangan Jamaah Ansharut Daulah (JAD) memang mengincar anak-anak muda.
Mereka tak mengincar lewat pesantren-pesantren tetapi lewat internet.