Pelaku teror di Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia seharusnya lebih menyadarkan bahwa bahaya laten radikalisme itu lebih nyata adanya dibandingkan dengan bahaya laten isme-isme lainya.
Saya sepakat dengan ungkapan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama KH Said Agil Sirodj, yang menyatakan bahwa radikalisme lebih berbahaya dibanding komunisme.
"Mohon maaf, saya berani mengatakan bukan PKI bahaya laten kita, tapi radikalisme dan terorisme yang selalu mengancam kita sekarang ini," kata Said dalam sebuah seminar virtual, seperti dilansir CNNIndonesia Selasa (30/03/21).
Bayangkan seorang wanita yang sangat banal seperti kita semua, berani melakukan tindakan "bunuh diri" seperti itu, atas dasar sebuah ajaran yang sebenarnya mungkin saja tak benar-benar ia pahami,  tapi ia yakini sedemikian rupa hingga tanpa ba bi bu lagi  Zakiah Aini melakukan tindakan yang menurut manusia normal merupakan tindakan konyol.
Meskipun dalam pemikiran wanita yang sudah tercekoki radikalisme, tindakannya itu merupakan upaya dia untuk meraih "ticket to heaven"
Hal itu tergambar sangat jelas ketika membaca surat wasiat yang ia tinggalkan untuk keluarganya. Sungguh sangat miris ketika membacanya.
Sebuah surat wasiat yang menggambarkan kepadatan dan kepekatan pikiran di usia yang masih bisa disebut sangat muda itu.
Tergambar jelas ia begitu mencintai sekaligus sangat membenci untuk sesuatu hal yang sebenarnya tak ia pahami secara fasih.Â
Ia merasa dirinya lebih tahu kebenaran dibandingkan seluruh dunia yang mengelilingnya, tapi pembuktiannya akan ia berikan hanya setelah dirinya meninggalkan tempat palsu ini.
Zakiah seolah mengucapkan, bahwa dirinya harus pergi mendahului semua keluarga dan lingkungan sekitarnya, agar ia bisa menyiapkan segala hal saat kalian tiba kelak.
"Sementara kita berpisah kurangilah kepalsuan agar kalian layak untuk dijemput"