Kabar mengejutkan tiba-tiba menyeruak di laman media sosial Twitter, baku tembak terjadi di kawasan Komplek Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia di Jalan Trunojoyo Kebayoran Baru Jakarta Selatan.
Dari potongan video yang tersebar di medsos terlihat seseorang berpakaian serba hitam masuk menerobos halaman Gedung Bareskrim Mabes Polri  Rabu (31/03/21) sekitar pukul 16.30.
Jika diamati ia terlihat seperti seorang perempuan, ia masuk menenteng senjata api. Begitu mendekati tempat penjagaan ia terlihat menodongkan senjata dan mulai menembak tak tentu arah.
Namun, kejadian itu tak berlangsung lama, terduga teroris tersebut tersungkur dihajar timah panas milik polisi. Hingga tulisan ini dibuat belum ada keterangan resmi dari pihak kepolisian terkait insiden ini.
Kejadian ini sungguh sangat memprihatinkan, ia datang seorang diri ke Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia, sambil menenteng senjata, itu membutuhkan nyali yang tak kaleng-kaleng.
Jika orang itu normal mungkin tak akan berani melakukannya. Mungkin penjahat sekaliber Johny Indo, Johny Sembiring bahkan Al Capone atau Pablo Escobar sekalipun tak akan berani melakukan hal seperti orang tersebut.
Saya kira jika tak dicuci otaknya sedemikian dalam oleh doktrin-doktrin radikalisme yang penuh kebencian akan sangat sulit menemukan orang dengan keberanian seperti itu.
Sehingga ia seperti menyerahkan nyawanya begitu saja tanpa rasa takut sedikitpun.Â
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Fathali Moghaddam dari Georgetown University Amerika Serikat, seperti yang saya kutip dari The Conversation.
Seseorang dapat memiliki keberanian untuk melakukan kekerasan mematikan seperti tindakan bom bunuh diri atau tindakan seperti yang terjadi di Mabes Polri, setidaknya harus melewati 6 fase
Setiap fase membutuhkan waktu, tergantung pada tingkat pemaparan seseorang terhadap ideologi kekerasan.