Mohon tunggu...
Efwe
Efwe Mohon Tunggu... Administrasi - Officer yang Menulis

Penikmat Aksara, Ekonomi, Politik, dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Music Pilihan

Belajar Meniti Kehidupan dari Lagu "The Greatest Love of All"

23 Maret 2021   15:09 Diperbarui: 23 Maret 2021   15:41 5216
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

The Greatest Love of All adalah sebuah lagu dengan musik yang sangat indah dan dihiasi lirik yang penuh makna. Lagu ini musiknya diciptakan oleh Michael Masser dan liriknya ditulis oleh Linda Creed.

Lagu ini diciptakan untuk menjadi lagu tema film "The Greatest" yang berkisah tentang biografi petinju kelas berat legendaris Muhammad Ali.

Sebenarnya yang pertama kali menyanyikan The Greatest Love of All adalah seorang gitaris Jazz yang terkenal dengan teknik bernyanyi scat-nya George Benson.

Namun lagu ini menemukan puncak kepopulerannya saat dibawakan oleh Diva dunia Whitney Houston. Suara Whitney yang powerfull tapi dalam saat bersamaan empuk untuk didengar membawakan lagu ini dengan karakter tersendiri,

Hal ini diakui oleh Benson, bahwa Whitney berhasil memberi warna tersendiri ketika menyanyikan lagu ini. "Bahkan dia lebih bagus membawakannya ketimbang saya" Ujar Benson.

Konon katanya menurut beberapa sumber bacaan yang saya peroleh secara daring, Linda Creed saat menulis lirik lagu ini tengah berjuang melawan kanker yang menyerang payudaranya. 

Kata-kata dalam lagu tersebut menggambarkan perasaannya tentang perjuangannya menghadapi cobaan hidup yang dirasanya sangat berat.

Dan bagaimana ia menguatkan dirinya sehingga bisa melewati tantangan yang saat itu dirasakannya. Terlepas dari hasilnya, gagal atau berhasil tetapi dengan elan menghadapi tantangan itu menjadi sebuah kekuatan yang sangat layak untuk diwariskan kepada anak-anaknya sebagai tuntunan bagi kehidupan mereka kelak.

Linda Creed sendiri akhirnya menyerah terhadap keganasan kanker, ia meninggal pada tahun 1986 saat ia berusia 36 tahun, pada saat lagunya mencapai puncak ketenaran setelah dibawakan oleh Whitney Houston.

Lagu ini mendapat sambutan positif dari penggemar serta  kritikus musik dunia dan menjadi lagu hits yang sangat sukses. Berada di puncak chart lagu-lagu di Amerika, Kanada, hingga Australia.

Serta mencapai 20 besar tangga lagu di negara-negara Eropa, seperti Inggris, Italia, dan Swedia. Bahkan di Jepang lagu ini lama menduduki 10 tangga lagu terpopuler saat itu.

Di Amerika, begitu lagu ini dirilis langsung menduduki peringkat ke-3 dibawah lagu Whitney lainnya I Will Always Love You dan I Wanna Dance With Somebody.

Ketiga lagu tersebut kemudian sempat masuk kembali ke jajaran Billboard Hot 100 seminggu setelah kematian Whitney Houston Februari 2012 lalu.

Padahal sebelumnya lagu The Greatest Love of All ini sempat ditolak oleh Clive Davis pemilik Arista Record untuk direkam ulang dan dimasukan ke dalam album debut Whitney, tetapi atas usaha persuasi Whitney dan Messer lagu ini akhirnya dirilis di sisi B album You Give Good Love.

Karena sambutan masyarakat terhadap lagu ini sangat baik, Arista meminta Whitney untuk kembali merilis lagu tersebut menjadi single, dan berhasil menduduki puncak Billboard Top 100 selama 3 minggu pada saat itu.


The Greatest Love of All - Cinta yang terbesar dari segala cinta ini memang lagu yang benar-benar indah. Liriknya sangat dalam penuh makna dan pesan moral.

Pesan moral itu sudah terpampang selepas intro mengawali lagu ini,

I believe the children are our future
Teach them well and let them lead the way
Show them all the beauty they possess inside
Give them a sense of pride to make it easier
Let the children's laughter remind us how we used to be.

Yang meyakinkan pada kita semua bahwa anak-anak merupakan masa depan bagi kita semua, maka untuk itu pendidikan yang layak harus diberikan kepada mereka. 

Namun dalam saat bersamaan lagu ini mengingatkan kita seperti yang disabdakan Khahlil Gibran dalam puisinya yang sangat terkenal"Anakmu Bukanlah Milikmu" tak perlu merasa memiliki mereka dengan cara mengekang hidup anak-anak tersebut  dan memaksa mereka untuk menjadi sesuatu  seperti apa yang orang tua-nya maui, biarkanlah anak-anak itu berkembang sesuai keinganannya, agar mereka memiliki kebanggaan pada diri mereka sendiri.

Dalam bagian lain dari lirik lagu ini, ada kutipan yang sangat indah yang rasanya pantas untuk kita renungkan. Kita harus hidup mandiri, jangan pernah sekali-kali hidup dibawah bayang-bayang siapapun, seandainya pun kita gagal atau pun berhasil yang menyebabkannya adalah upaya kita sendiri.

Dan ingat, kita boleh kehilangan apapun...., apapun..... tapi tidak harga diri.

I decided long ago
Never to walk in anyone's shadows
If I fail, if I succeed
At least I'll live as I believe
No matter what they take from me
They can't take away my dignity
 

Diakhir syair lagunya, kita diingatkan bahwa Cinta terbesar dari segala cinta yang ada itu adalah mencintai diri sendiri. 

Bukan dalam konotasi buruk yang berkaitan dengan egoisme atau bahkan narsistik, tapi lebih pada mengenali diri agar kita mengetahui kelebihan dan kekurangan diri kita yang pada akhirnya bisa membuat kita melangkah menuju masa depan melewati kehidupan yang penuh tantangan.

Seperti yang diungkapkan Sun Tzu dalam The Art of War;

"Know your enemy and know yourself and you can fight a hundred battles without disaster".

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun