Kajian Partai Kebangkitan Bangsa(PKB) untuk mengusung selebritis  Raffi Ahmad dan Agnez Monica dalam Pemilihan Gubernur DKI 2024, menurut saya adalah sebuah kesia-sian serta menunjukan bahwa partai yang dipimpin oleh Muhaimin Iskandar ini benar-benar putus asa lantaran tak mampu mencetak kader yang mumpuni untuk dicalonkan sebagai kepala daerah.
Raffi Ahmad dan Agnez Mo sangat terkenal, mungkin tak ada satu pun manusia di Indonesia yang tak mengenalnya tapi apakah popularitas itu akan berbanding lurus dengan elektabiltas seorang dalam kontestasi politik?
Memang benar populer akan menjadi nilai tambah bagi seorang kandiddat dan elektabilitas, serta menambah kepercayaan diri kandidat untuk menang.
Mungkin argumentasi PKB dalam memilih Raffi dan Agnez  mengacu pada modeling efek bandwagon. Dalam efek bandwagon seorang pemilih akan cenderung memilih seorang kandidat, yang diopinikan akan memenangkan pemilihan tersebut.
Pemilih akan cenderung mengikuti pendapat mayoritas,meski tak semua kandidat yang di opnikan menang akan keluar sebagai pemenang pemilu.
Mungkin nantinya PKB akan melakukan survey elektabilitas terlebih dahulu terhadap keduanya, meskipun  Raffi dan Agnes populer namun tak ada jaminan juga elektabilitas keduanya bagus.
Jika saya ditanya lebih memilih mana antara Anies Baswedan dengan Raffi Ahmad sebagai Gubernur DKI saya agak condong untuk lebih memilih Anies meskipun Anies bukan pilihan tradisional saya.
Tapi jika untuk menjadi pembawa acara sebuah pertunjukan tentu saja saya akan memilih Raffi karena, ia memiliki kemampuan diatas rata-rata untuk urusan per-mc-an.
Jadi setiap orang itu menurut saya memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing terutama berkaitan dengan profesi yang dijalaninya. Bisa jadi Raffi hebat di satu bidang, belum tentu juga hebat di bidang lainnya, apalagi di dunia politik yang penuh intrik.
Lantas bagaimana dengen selebritis yang sukses menjadi politisi seperti misalnya Dede Yusuf atau Rieke Dyah Pitaloka, dari awal sebenarnya mereka memiliki interest ke dunia politik.
Sementara Raffi dan Agnez hingga saat ini tak terdengar berkeinginan  untuk bergerak ke arah dunia politik.  Meskipun mereka kemudian berniat berpolitik akan ada proses cukup panjang bagi keduanya untuk memuluskan  kiprahnya di dunia politik.
Reputasi itu harus di bangun tak bisa serta merta seperti memegang magic wand milik Harry Potter, yang bisa menyulap karakter dan citra seseorang seketika.
Andai pun nantinya mereka telah dianggap memiliki kemampuan berpolitik tak ada jaminan juga akan melenggang mulus meraih Kursi Jabatan yang dimaksud.
Ada sejumlah faktor lain yang membuat seseorang memenangkan pemilu, salah satunya adalah Konsep Political Marketing seperti yang dipaparkan oleh Ferdi Akbiyik dan Ahmet Husrev Erogliu dalam tulisannya yang bertajuk "The Impact of Local Political Applications on Voter Choice".
Konsep ini menunjukan bahwa popularitas tak akan serta merta dapat memenangkan kontestasi politik, karena ada faktor lain yang memengaruhinya diantaranya kredibilitas kandidat, program kerja kandidat dan partai politik pengusungnya.
Katakanlah Raffi dan Agnez setelah dilakukan survey memang populer dan memiliki elektabilitas yang tinggi ada faktor lain yang memengaruhi tingkat keterpilihannya yakni program kampanye yang mengikuti isu terkini adalah komponen kedua yang harus diperhatikan kandidat.Â
Program yang dijanjikan saat kampanye merupakan salah satu faktor penting yang memengaruhi preferensi pemilih dalam periode pemilihan.
Dalam membuat program mereka pun harus responsif atas program lawannya dalam pemilu tersebut. Analisis program lawan pun menjadi sebuah keniscayaan untuk memetakan program apa yang akan disusun.
Lantas faktor lain yang tak kalah penting adalah partai politik pengusungnya, PKB secara tradisional tak memiliki basis yang kuat di DKI, beda cerita kalau PKB mengusung Raffi di Jawa Timur, mungkin peluangnya lebih terbuka meskipun komplikasi permasalahannya pun akan berbeda.
Jadi menurut saya sepertinya agak berat bagi Raffi Ahmad atau Agnez Mo untuk maju menjadi calon Gubernur DKI pada Pilkada 2024, apalagi yang mengusung atau yang mengusulkannya PKB.Â
Meskipun kemungkinan itu masih ada walau sangat kecil, karena segala kemungkinan dalam politik itu bisa saja terjadi.
Popularitas seorang kandidat tak akan serta merta memuluskan dalam memenangi pemilu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H