Anies Rasyid Baswedan Gubernur DKI Jakarta ini memang memiliki pikiran unik dalam membangun dan memerintah Jakarta.
Memasuki masa 4 tahun pemerintahannya di ibu kota, Anies telah berhasil membuat Jakarta lebih berwarna. Bukan Berwarna dalam arti kiasan tapi "literaly berwarna".
 Ya, setelah atap rumah warga yang ada di kawasan antara Tanjung Barat dan Lenteng Agung Jakarta Selatan, kini kolong fly ovet di kawasan Senen Jakarta Pusat dan beton pembatas jalan dibeberapa ruas jalan di Jakarta yang di cat warna warni seperti pelangi.
Hampir setiap hari saya melewati Simpangan di kawasan Senen ini yang awalnya dikenal kumuh dan menjadi area "menyeramkan di Jakarta" ini, sekarang menjadi lebih enak dipandang dan nyaman buat disinggahi.
Kemarin ketika saya melewati kawasan Senen, di bagian galar bawah fly over terlihat berwarna-warni layaknya pelangi, menarik pandangan memang tapi ya itu tadi hanya sebatas enak dilihat udah itu saja.
Jika ditanyakan kegunaannya ya hanya sebatas enak dilihat saja. Â Tapi it's oke sih, mungkin Anies ingin membuat warganya bahagia dengan pemandangan tersebut.
Namun jangan salah ada filosofi yang mungkin Anies ingin sampaikan kepada para warga Jakarta, terkait warna -warni cat itu selain soal estetis.
Kata Warna itu tak akan layak di imbuhi Warni jika seragam, pastinya warna warni akan menjadi indah lahir dari perbedaan warnanya.
Nah perbedaan ini kata kuncinya, Anies seperti sedang mengingatkan kita  semua terutama pada pihak-pihak yang selama ini dikenal kurang memberi ruang bagi perbedaan dalam kehidupan berbangsa bahwa perbedaan itulah yang membuat kehidupan itu indah.
Ini sebuah ironi yang menarik sebenarnya, seperti yang kita tahu salah satu pendukung utama Anies saat berkontestasi dalam Pilkada 2017 adalah (eks) Front Pembela Islam (FPI) dan sejumlah kelompok afiliasi lainnya dikenal sebagai organisasi massa keagamaan yang kurang menghargai perbedaan atau dalam bahasa kerennya intoleran.
Bukan kata saya loh FPI ini dikategorikan sebagai intoleran, jejak digital yang menyebutkan FPI itu intoleran bertebaran di dunia maya, cek sendiri kalau tidak percaya.
Nah, jika benar teori cocokologi saya, apakah ini artinya Anies bakal lebih memilih untuk tak lagi berada di pihak yang menjual politik identitas.
Seperti kita tahu, salah satu pemicu intoleransi itu adalah berkelindannya antara agama dengan politik yang kemudian melahirkan politik identitas, yang disebut banyak orang membawa Anies  Baswedan berhasil menduduki Jabatan DKI 1.
Tentunya masih segar dalam ingatan kita saat Pilkada 2017 lalu di DKI bertebaran spanduk yang menjual politik identitas, misalnya muslim yang tak memilih Anies-Sandi tak akan di-shalatkan secara Islam.
Semoga saja simbol warna-warni yang digagas Anies Baswedan ini menjadi langkah positif untuk mengingat kita semua dan para pendukungnya untuk lebih menghargai perbedaan, justru karena perbedaan itu kehidupan manusia menjadi indah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H