Tanggal 22 Desember ini saya ingin mengucapkan selamat hari ibu kepada para perempuan Indonesia yang karena pilihan atau jalan hidupnya dan peran yang dijalaninya sebagai seorang ibu dari anak-anaknya.
Kenapa saya mengkhususkan ucapan selamat ini hanya terbatas pada perempuan Indonesia, karena hari ibu diperingati pada saat yang berbeda-beda dan dengan momen awal yang berbeda-beda pula oleh masyarakat  negara-negara di belahan dunia lain
Di Amerika Serikat misalnya menurut berbagai literatur yang saya baca hari ibu atau Mother's Day diperingati setiap tanggal 9 Mei, tanggal yang menjadi hari ibu ini merupakan saat Ann Jarvis meninggal dunia pada tahun 1868.
Ann Jarvis adalah seorang ibu yang menginisiasi gerakan untuk menyatukan kembali keluarga-keluarga yang tercerai berai akibat perang sipil yang terjadi di Amerika Serikat saat itu.
Sementara di Indonesia Hari Ibu diperingati tanggal 22 Desember yang mengacu pada penyelenggaraan Kongres Perempuan Indonesia pertama pada tanggal 21-23 Desember 1928 di Jogyakarta.
Faktor yang mendorong terselenggaranya kongres perempuan ini adalah kondisi perempuan di Indonesia yang masih dikungkung oleh budaya patriaki yang sangat kental yang saat itu berdiri tegap diatas feodalisme.
Saat itu kehidupan perempuan di Indonesia cukup pelik. Kawin paksa menjadi masalah keseharian bagi perempuan Indonesia, yang perkawinan itu kebanyakan dilakukan sesaat setelah perempuan tersebut baru mengalami menstruasi pertamanya.
Sehingga membuat perempuan di Indonesia tak bisa menempuh pendidikan, setelah menikah pun mereka acapkali diperlakukan semena-mena akibatnya nasib perempuan tak terlindungi dengan baik.
Atas usaha-usaha seperti itulah dan seiring kemajuan pemikiran dari masa ke masa perempuan lebih mendapatkan tempat, perannya tak hanya di dapur, sumur, dan kasur.
Kini perempuan bisa berprofesi sebagai apapun yang mereka inginkan, namun berprofesi apapun peran perempuan sebagai seorang ibu tak bisa dinafikan.
Mereka atas dasar kesadaran atau pilihannya tetap menjalankan fungsinya dengan baik sebagai seorang ibu. Tak ada satu orang pun yang menyangsikan kasih sayang seorang ibu pada anaknya.
Saya merasakan betul bagaimana kasih sayang ibu meskipun ia dalam saat bersamaan harus bekerja menjadi seorang guru dan kepala sekolah.
Setiap hari ia tetap memberi kami perhatian penuh, ditengah kesibukannya, tak hanya saat saya dan adik saya kecil, remaja saja bahkan hingga kami dewasa dan menikah pun kasih sayangnya tak pernah mengendor sedikitpun.
Ia merupakan sosok yang sangat berjasa ditengah kebersahajaannya. Bagi saya dan mungkin anak-anak lain ibu merupakan sumber cinta, sumber inspirasi ataupun sumber kehidupan di mana ia akan bermuara.Â
Ibu merupakan sumber kesejukan ketika dunia sedang panas dengan atmosfir sosial-politik. Ibu juga mampu membalut luka anaknya ketika ia sedang dirundung pilu. Dari perlakuan ibu yang seharusnya kepada anak disitulah terdapat peran yang melekat dalam dirinya
Semua itu dirasakan betul oleh saya, hingga akhirnya kami harus merelakannya untuk pergi selamanya, namun kerinduan akan sosok ibu terus menggamit hati dan pikiran saya setiap saat.
Tak ada apapun yang bisa menggantikan kasih sayangnya, rasa cintanya tak akan mampu terbayarkan meskipun dibayar dengan seluruh  kehidupan yang saya miliki...
Hanya doa dan ucapan terimakasih yang kami bisa haturkan... Terimakasih Ibu, Doa terbaik untukmu disana.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H