Mohon tunggu...
Efwe
Efwe Mohon Tunggu... Administrasi - Officer yang Menulis

Penikmat Aksara, Ekonomi, Politik, dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Vaksin Covid-19 "Game Changer," yang Tak Diperlakukan sebagai "Game Changer" oleh Pemerintah Indonesia

16 Desember 2020   11:03 Diperbarui: 16 Desember 2020   18:11 297
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Keberadaan Vaksin Covid-19 disebutkan akan menjadi Game Changer atau pengubah arah permainan oleh banyak pihak, mulai dari ahli epidemologi hingga pimpinan tertinggi berbagai negara.

Vaksin menjadi satu-satunya harapan bagi seluruh umat manusia yang hidup di muka bumi untuk bisa terlepas dari virus corona seri terbaru yang sudah menyebar di hampir seluruh bumi ini selama 11 bulan terakhir, dan telah mendisrupsi tatanan hidup manusia modern.

Vaksin pulalah yang paling mungkin diharapkan manusia untuk mengembalikan semua kehidupan yang "tidak normal" seperti yang kita alami saat ini menjadi normal kembali seperti sedia kala.

Hingga tulisan ini dibuat menurut laman Worlddometer Covid-19 secara global telah menjangkiti 76.803.320 orang, dengan jumlah kematian sebanyak 1.641.440 jiwa dan pasien yang berhasil sembuh dari virus ini sebanyak 51.813.957 orang.

Sementara di Indonesia menurut laman Covid.go.id jumlah kasus positif Covid-19 hingga saat ini mencapai 629.429 kasus, dengan korban jiwa mencapai 19.111 orang dan yang berhasil disembuhkan mencapai 516.656 orang

Dan dampak penanganan Covid-19 secara ekonomi sangat besar, nyaris seluruh negara di dunia ini pertumbuhan ekonominya negatif, dan jatuh pada jurang resesi.

Indonesia yang lebih dari 2 dasawarsa pertumbuhan ekonominya positif di 2020 karena pandemi Covid-19 harus bertekuk lutut 2 kuartal berturut-turut tumbuh negatif.

Kuartal ke II 2020 pertumbuhan ekonominya minus 5,32 persen, di Kuartal ke III pun demikian meski tak sedalam di Kuartal ke II, yakni sebesar minus 3,49.

Kemungkinan di Kuartal ke IV pun masih belum akan pulih sehingga secara keseluruhan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2020 menurut prediksi Menteri Keuangan Republik Indonesia, Sri Mulyani Indrawati  berkisar diangka minus 1,7 hingga minus 0,6 persen.

Nah, angka ini diprediksi bakal berbalik menjadi positif andai penanganan Covid-19 terlaksana dengan baik terutama dengan keberadaan Vaksin Covid-19.

Vaksin Covid-19 akan menjadi the main game changer bagi kondisi pandemi, dan itu disadari oleh setiap manusia yang hidup di muka bumi ini.

Termasuk di dalamnya oleh organisasi kesehatan dunia WHO dan  para pemimpin negara-negara di dunia ini.

Makanya untuk menemukan vaksin Covid-19 berlomba melakukan penelitian untuk menciptakan vaksin ini, hebatnya dalam waktu tak lebih dari 1 tahun vaksin berhasil dibuat secara proper dengan berbagai tingkatan prosesnya,  jangka waktu yang kilat untuk ukuran pembuatan sebuah vaksin. 

Tak kurang dari 6 jenis vaksin dan berbagi merek kini siap dipergunakan, mulai dari Pfizer, Moderna, Astra Zeneca, Sinovac, Shinoparm, hingga Sputnik dari Rusia telah siap digunakan

Beberapa negara seperti Inggria sudah mulai menyuntikan vaksin  yang dibuat Pfizer  kepada warganya  pekan lalu.

Nah,di Indonesia saat ini Vaksin yang datang berasal dari Sinovac perusahaan Bioteknologi asal China, untuk gelombang pertama ini jumlahnya sebesar 1,2 juta dosis vaksin siap suntik

Kemudian awal tahun depan menurut Kementerian Kesehatan akan datang lagi 1,8 juta dosis vaksin siap suntik.

Sementara dalam waktu bersamaan akan datang juga 30 juta lebih dosis vaksin dalam bentuk curah. Selain dari Sinovac Indonesia akan membeli vaksin dari 4 produsen lain yang vaksinnya sudah siap digunakan.

Tentu saja kabar ini sangat menggembirakan, tapi kegembiraan masyarakat Indonesia  itu tak bertahan lama karena ternyata pemerintah tak berniat memberikan vaksin ini secara gratis kepada seluruh warganya seperti sejumlah negara-negara lain, seperti Singapura atau Bahrain yang akan menggratiskan vaksin tersebut bagi seluruh warganya.

Dari rencana 107 juta vaksin yang akan disuntikan tahun 2021 ini, jumlah ini mewakili 67 persen dari total jumlah penduduk Indonesia usia 18-59 tahun, hanya 32 juta yang akan diberikan cuma-cuma pada rakyat Indonesia, selebihnya 75 juta dosis harus ditebus rakyat Indonesia sesuai harga keekonomiannya.

Sungguh sangat aneh tingkah pemerintah Jokowi ini, mereka menganggap Vaksin Covid-19 ini sebagai game changer untuk menghentikan pandemi Covid-19, tapi mereka tak memperlakukan pelaksanaan vaksinasinya seperti layaknya sebuah game changer.

Seperti diketahui vaksinasi dapat efektif mencegah penularan virus di suatu wilayah atau negara jika jumlah orang yang divaksinasi sudah mencapai Herd Immunity atau kekebalan kelompok dengan persentase tertentu sesuai formulasi yang dihitung berdasarkan kecepatan virus itu menular.

Bagaimana bisa dengan situasi pandemi seperti ini dan pandemi Covid-19 sendiri di Indonesia sudah dinyatakan sebagai bencana nasional non-alam tapi sebagian besar rakyatnya harus membeli sendiri vaksin tersebut.

Jokowi sebagai Presiden tentu tahu kondisi perekonomian rakyatnya saat ini yang tengah terpuruk, banyak diantara kita yang hanya untuk sekedar makan saja sangat sulit, sekarang harus pula dibebani untuk membeli vaksin yang seharusnya disediakan secara gratis oleh negara.

Sebagai sebuah game changer yang bisa membuat situasi negara membaik, pemerintah seharusnya hadir penuh disana dan menjamin keberadaan dan pelaksanaan vaksinasi tersebut, alih -alih membuka peluang bisnis bagi para pemburu rente.

Komersialisasi vaksin seperti rencana pemerintah ini sungguh tak layak dilakukan, ketika keterbatasan anggaran dijadikan alasan itu menjadi lucu, sebagai penguasa anggaran seharusnya pemerintah bisa menyediakan anggaran itu at all cost.

Realokasi lah sebagian anggaran untuk vaksinasi toh menurut sejumlah ahli tak akan menghabiskan 10 persen Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Indonesia 2021.

Menurut hitungan kasar , kebutuhan dana program vaksinasi sebesar Rp 134 triliun. Dengan asumsi, harga vaksin covid-19 untuk 2 dosis per orang sebesar Rp500 ribu, dikalikan total penduduk Indonesia sebanyak 268 juta.

Jika dilihat sekilas, angka itu memang tampak jumbo. Namun, jika dibandingkan dengan anggaran belanja negara pada 2021 sebesar Rp2.750 triliun, maka asumsi kebutuhan dana vaksin covid-19 gratis bagi semua rakyat hanya sekitar 4,87 persen dari total belanja negara.

Apabila vaksinasi ini berhasil dan efektif mencegah penularan Covid-19, kesehatan masyarakat akan terjamin dan otomatis ekonomi akan lebih cepat bergulir karena aktivitas rakyat Indonesia akan kembali normal.

Namun jika vaksinasi ini lambat dilakukan dan kemudian tak memenuhi herd immunity sehingga pandemi Covid-19 ini berubah menjadi  endemik Covid-19, pemulihannya akan semakin lama dan begitupun dengan ekonomi masyarakat secara nasional akan makin terpuruk akhirnya yang rugi ya kita semua termasuk pemerintah Jokowi.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun