Mohon tunggu...
Efwe
Efwe Mohon Tunggu... Administrasi - Officer yang Menulis

Penikmat Aksara, Ekonomi, Politik, dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

"Ghosting" Satu Istilah dengan 2 Makna yang Sama Sekali Berbeda

11 Desember 2020   14:12 Diperbarui: 11 Desember 2020   14:13 620
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ghosting merupakan sebuah istilah kekinian yang banyak digunakan oleh anak-anak muda zaman now. Istilah ini sebenarnya sudah cukup lama dikenal atau mungkin kita pernah mengalaminya bahkan menjadi pelakunya.

Fenomena Ghosting ini banyak terjadi dalam satu dekade belakangan dan paling banyak terjadi yang perkenalannya dimulai melalui aplikasi kencan online seperti Tinder misalnya.

Namun, nyatanya istilah ini menurut mesin pencari Google, Ghosting merupakan salah satu kata kunci yang paling banyak dicari oleh orang Indonesia sepanjang tahun 2020 ini.

Kata tersebut memang sangat populer dikalangan anak muda saat ini, tapi mereka tak begitu memahami apa arti sebenarnya dari kata Ghosting itu, sehingga mereka ramai melakukan googling mencari arti kata Ghosting.

Jika kita berbicara Ghosting, sebenarnya istilah ini memiliki 2 makna yang sama sekali berbeda tergantung pada konteksnya.

Dalam konteks sosial kekinian terutama yang berhubungan dengan masalah hubungan asmara, istilah Ghosting akan terjadi manakala ada salah satu orang yang tiba-tiba menghentikan seluruh komunikasi tanpa penjelasan padahal mereka sedang melakukan pendekatan atau kencan awal.

Jadi makna Ghosting dalam konteks ini adalah menghilang tiba-tiba. 

Sementara arti Ghosting yang lain dan ini terkait dengan dunia teknologi informasi, justru memiliki makna yang 180 derajat berbeda.

Ghosting dalam istilah komputer memiliki arti muncul dengan tiba-tiba tanpa kita kehendaki. Ini bisa terjadi pada keyboard dan layar yang error.

Sebuah tanda baca, huruf, atau objek tertentu tiba-tiba saja muncul sepanjang halaman padahal kita tak mengetuk objek tersebut di keyboard.

Biasanya hal ini bisa terjadi karena karet-karet bantalan dibalik tuts keyboard itu kotor atau robek sehingga logam dibalik tuts keyboard itu menyentuh badan keyboard tersebut.

Supaya tak terjadi Ghosting bersihkan keyboard dan karet pelapisnya dengan cairan yang disemprotkan pada keduanya, atau ganti saja karet pelapisnya.

Sementara Ghosting dalam layar monitor adalah kondisi adanya artefak gambar yang tertinggal di jejak objek yang bergerak.

Ghosting seperti ini bisa dilihat dengan jelas ketika kita memainkan game FPS yang pergerakannya sangat cepat, saat itu akan terlihat seolah gambar tampilannya berubah warna dan gambarnya berbayang, seperti terputus-putus.

Kondisi tersebut bisa terjadi lantaran ketidakmampuan layar untuk mengikuti dan menampilkan objek bergerak dengan kecepatan yang sama seperti gambar.

Masalah ini akan muncul jika kita menjalankan aplikasi dengan refresh rate yang tinggi, sementara layar monitor yang kita gunakan refresh rate nya rendah.

Untuk mengatasinya ganti layar monitornya dengan layar yang memiliki refresh rate yang setara atau lebih dengan refresh rate aplikasi tersebut, atau jalankan saja aplikasi yang memiliki refresh rate setara dengan kemampuan layar monitor yang ada.

Menyelesaikan permasalahan Ghosting dalam dunia IT jauh lebih terukur dibandingkan permasalahan yang ditimbulkan situasi Ghosting dalam makna hubungan asmara tadi.

Ghosting dalam konteks ini, bisa menjadi masalah serius bagi sebuah hubungan karena  biasanya terjadi pada pasangan yang sudah beberapa kali jalan atau kencan tapi belum secara resmi hubungan itu di declare.

Selain itu Ghosting juga bisa terjadi pada sebuah hubungan persahabatan platonic yang rasanya mungkin tak kalah menyakitkan juga. 

Secara psikologis ada banyak hal yang memicu terjadinya Ghosting, bisa karena dalam perjalanan pendekatan ternyata salah satu pasangan tak menemukan chemistry yang diharapkan baik dalam hal yang bersifat fisik maupun karakter dari pasangannya tersebut, sehingga ia memutuskan untuk menghilang begitu saja untuk menghindari konflik atau ketakutan tertentu.

Hal ini bisa terjadi apabila seseorang tidak ingin terlibat konflik, menghindari pembicaraan yang sulit, atau menghindari menyakiti perasaan seseorang.

Namun justru perilaku Ghosting ini menurut sejumlah penelitian adalah cara terburuk dalam mengakhiri sebuah hubungan karena dapat menimbulkan dampak lebih menyakitkan bagi korban perilaku Ghosting dibandingkan dengan berbicara langsung menyatakan ketidaksukaannya secara langsung.

Pelaku Ghosting pada akhirnya memiliki potensi konflik lebih besar di kemudian hari yang bisa memicu pertikaian serius.

Selain itu pelaku Ghosting juga akan selalu mengambil jalan pengecut, lari dari masalah karena takut mengecewakan orang lain, padahal justru perilaku Ghosting itulah yang lebih mengecewakan.

Akan lebih baik jika apapun kejadiannya kita komunikasikan secara terbuka, tak ujug-ujug menghilang begitu saja.

Bagi korban Ghosting lupakan sajalah orang tersebut, lantaran tak guna juga berharap dari laku pengecut Ghoster. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun