Pihak Istana Kepresidenan dikabarkan menolak ajakan dialog yang disampaikan oleh pihak Rizieq Shihab dan kelompoknya dengan Presiden Jokowi.
Pihak Istana tak melihat urgensinya dialog itu harus dilakukan.
Hal tersebut disampaikan oleh Tenaga Ahli Kantor Staf Presiden, Donny Gahral Adian, saat merespon ucapan Sekjen HRS Centre, Haikal Hassan yang menyatakan permintaan dialog oleh Rizieq Shihab terhadap Jokowi dihambat oleh pihak-pihak tertentu di lingkaran kekuasaan.
Namun demikian, pihak Istana menyatakan bahwa mereka tak pernah merasa menghambat kemungkinan dialog tersebut.
Menurut Donny, Jokowi tak berada dalam level yang sama dengan Rizieq Shihab yang pernyataannya kerap kali sangat kasar.
"Kemudian yang kedua berdialog untuk apa. Tidak bisa (Jokowi) berdialog dengan orang yang tidak bisa menggunakan akal sehatnya, yang ada caci maki, cacian dan umpatan-umpatan kotor, itu kan bukan level presiden berdialog dengan orang semacam itu," kata Donny, seperti yang dilansir oleh Suara.com, Kamis (19/11/20).
Ini sangat menarik buat dicermati, saya mencoba memahami kekhawatiran pihak lingkaran kekuasaan Presiden Jokowi, jika dialog antara Jokowi dan Rizieq Shihab dilangsungkan, dengan track record yang dimiliki Rizieq yang gemar berkata kasar potensi dialog itu menjadi chaos memang cukup besar.
Hal ini lah yang dihindari oleh pihak Istana Kepresidenan, karena bisa jadi bakal mencederai wibawa lembaga kepresidenan secara keseluruhan.
Meskipun sebenarnya, saya sangat yakin ketika berhadapan langsung dengan Jokowi, Rizieq Shihab juga perkataannya tak akan seseram dan sekasar saat ia berbicara di hadapan publik biasa.
Apakah dengan demikian secara substansi dialog antara Pemerintah Jokowi dan Rizieq Shihab beserta kelompoknya itu tak perlu dilakukan?
Dialog itu perlu dilakukan bukan agar Rizieq Shihab dan kelompoknya harus menjadi pendukung Pemerintah Jokowi. Namun agar komunikasi antara mereka itu bisa terbangun supaya tak ada lagi mispersepsi antara keduanya yang terus menerus menjadi sumber kegaduhan.