Mohon tunggu...
Efwe
Efwe Mohon Tunggu... Administrasi - Officer yang Menulis

Penikmat Aksara, Ekonomi, Politik, dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Boikot Produk-produk Perancis! Akh, Seperti Menggantang Asap

3 November 2020   11:47 Diperbarui: 3 November 2020   11:56 824
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Salah satu produk yang paling terkenal adalah Air Minum Dalam Kemasan bermerk Aqua dan Vit, kemudian ada Mizone. Lantas susu formula bagi bayi dan anak-anak dengan merek  SGM, Bebelac, Nutricia, atau Nutrilion Royal, serta beberapa merek biskuit seperti Biskuat.

Dan sudah hampir dapat dipastikan 90 persen lebih karyawan di dua perusahaan besar tersebut adalah warga Indonesia yang tentu saja mayoritas dari karyawannya pun muslim.

Seandainya boikot itu dilakukan, dan barang-barang produk mereka tak lagi di konsumsi akibat seruan boikot tadi, bisa saja mereka mengurangi jumlah karyawannya, dirumahkan atau di PHK misalnya yang rugi akhirnya siapa? 

Di luar 2 perusahaan tersebut, memang banyak produk-produk Perancis terutama untuk fashion dan segala tetek bengeknya, tapi itu masuk luxury goods yang tanpa melakukan boikot pun kebanyakan orang Indonesia tak mampu membelinya.

Selain itu pemboikotan terhadap produk-produk Perancis ini juga tak memberi solusi apapun atas persoalan yang mendasar yang saat ini terjadi Perancis, yakni perbedaan pandangan tentang nilai-nilai keagamaan dan sekulerisme ekstrem.

Kalau memang tujuan dari aksi boikot ini adalah untuk memberi efek jera terhadap Presiden Emanuel Macron, apakah tidak ada cara lain yang lebih efektif atau tepat sasaran?

Jangan sampai malah menjadi bumerang atau efeknya berbalik mengarah ke saudara-saudara muslim kita yang akan sengsara akibat tindakan kita sendiri. 

Daripada menyerukan pemboikotan terhadap barang-barang produk perancis yang belum terukur benar manfaatnya, mungkin lebih baik mendorong para pihak yang berkepentingan agar membuka dialog untuk menyamakan persepsi atas nilai-nilai beragama yang universal. 

Karena kalau itu tidak dilakukan kejadian seperti ini akan terus berulang, lantaran titik temunya tak akan pernah ada.

Satu pihak keukeuh dengan pendiriannya yang mempertahankan supremasi kebebasan berpendapat, dipihak lain terdapat nilai-nilai dalam beragama yang sampai dalam titik tertentu memang harus sangat dihormati karena bagi penganutnya itu mandatory.

Jika posisinya terus seperti ini, bukan manfaat yang akan di dapatkan Perancis dan rakyatnya jika terus mempertahankan sekulerisme ekstrem seperti saat ini, dengan mengabaikan nilai-nilai agama yang universal

Justru hal ini bisa dimanfaatkan oleh kelompok-kelompok radikal dan teroris, seperti yang terjadi saat ini. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun