Pro dan kontra terkait disahkannya Rancangan Undang-Undang (RUU) Omnibus Law Cipta Kerja, pemilihan Presiden, pemilihan Kepala Daerah acap kali menciptakan polarisasi cukup tajam.
Baik yang pro maupun kontra merasa pilihan dan pendapatnya lah yang paling benar. Kedua belah pihak merasa dirinya dan kelompok yang di dukungnya yang paling sempurna, diluar mereka dan kelompoknya otomatis salah.
Padahal sejatinya, tak ada satu pun di dunia ini yang sempurna. Apapun yang dilakukan dan diputuskan oleh manusia itu tak akan sempurna dan mampu menyenangkan semua pihak.
Ucapan saling mengejek antar kedua pihak terus bersemburan, yang pro menganggap yang kontra busuk sementara yang kontra menganggap yang pro penjilat.
Kita harus mampu belajar untuk menerima ketidaksempurnaan itu sebagai sebagai sebuah fitrah yang tak terelakan lagi.
Ada cerita menarik  yang diungkapkan oleh mantan Presiden India  Dr. Abdul Kalam, terkait masalah ketidak sempurnaan ini, meskipun mungkin cerita ini lebih berhubungan dengan sebuah keluarga, tapi bisa dimaknai lebih luas.
Syahdan, saat dirinya masih anak-anak, pada suatu malam ibunya memasak makanan untuk dirinya, adiknya, dan ayahnya setelah seharian bekerja keras menyelesaiakan berbagai pekerjaan rumah tangga.
Kemudian, entah apa yang sedang terjadi tapi yang jelas ibunya meletakan sepiring makanan khas india Sabzi dan sebongkah roti dalam keadaan gosong untuk ayahnya.
Lantas Abdul Kalam melanjutkan ceritanya, aku menunggu apakah ada yang memperhatikan dan mengomentari roti gosong tersebut.
Ayahku tenang saja memakan roti gosong tersebut, dan bertanya kepadaku bagaimana hari-hariku disekolah.
Aku tidak  begitu mengingat secara detil apa yang menjadi perbincangan di atas meja makan saat itu. Yang aku ingat benar adalah saat ibu meminta maaf kepada ayah karena roti yang disajikannya untuknya itu gosong.