Mohon tunggu...
Efwe
Efwe Mohon Tunggu... Administrasi - Officer yang Menulis

Penikmat Aksara, Ekonomi, Politik, dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Hans Christian Andersen, Raja Pendongeng dan Perannya Dalam Literasi Anak

19 September 2020   20:22 Diperbarui: 19 September 2020   21:45 445
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Let it go, let it go
Can't hold it back anymore
Let it go, let it go
Turn my back and slam the door                                                  


The snow glows white on the mountain tonight,
Not a footprint to be seen.
A kingdom of isolation and it looks like I'm the queen.
The wind is howling like the swirling storm inside.
Couldn't keep it in, heaven knows I tried.

Cuplikan lirik di atas, merupakan lirik lagu "Let It Go" yang dinyanyikan oleh Demi Lovato. Lagu ini menjadi lagu tema film animasi "Frozen" yang sangat laris dipasaran.

Film Frozen yang dirilis oleh perusahaan film Disney, diadaptasi dari salah satu cerita dongeng bertajuk  The Snow Queen yang diciptakan dan ditulis oleh seorang sastrawan, penulis naskah drama, tapi lebih dikenal sebagai pendongeng terbesar sepanjang masa Hans Christian Anderson atau lebih dikenal dengan sebutan HC Andersen.

Saya , dan mungkin milyaran manusia di muka bumi ini yang pastinya pernah mengalami masa kanak-kanak, mengenal dongeng-dongeng yang ditulis oleh Penulis kelahiran Odense Denmark pada tanggal 2 April 1805 ini.

Di mata saya HC Andersen adalah seorang jenius dalam dunia literasi. Mungkin ia bisa disejajarkan dengan William Shakespeare atau Charles Dickens dalam dunia kepenulisan.

Bisa menulis sebuah cerita yang digemari oleh milyaran anak manusia lintas negara, budaya, bahasa, waktu, dan kehidupan keseharian yang beraneka ragam itu bukan perkara mudah, hanya segelintir manusia yang mampu melakukannya.

Apalagi yang ditulisnya adalah buku anak, karena menulis untuk anak itu diksi yang dipergunakannya harus sederhana, kosa kata yang dipergunakan pun harus disesuaikan dengan kemampuan nalar sang anak.

Dan yang terpenting ada kandungan moral di dalam cerita itu. Ada standar kelayakan tersendiri mengenai sastra anak ini, baik dari segi estetika maupun konseptual.

Salah satu dasar mengukurnya, menurut beberapa literatur tentang sastra anak yang saya baca, ukurannya adalah anak suka membacanya dan  orang dewasa pun tak bosan membacanya.

Artinya struktur kalimat dan bahasa harus tetap sangat diperhatikan. Itu lah yang berhasil dilakukan HC Andersen, sampai saat ini ketika saya membaca dongeng anak karya Andersen tersebut, saya masih sangat menyukainya sekaligus masih merasa aktual dengan kekinian.

Tak heran lah kemudian naskah-naskah dongeng HC Andersen terus dicetak ulang  atau diadaptasi ke dalam berbagai platform seperti tak ada habisnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun