Mohon tunggu...
Efwe
Efwe Mohon Tunggu... Administrasi - Officer yang Menulis

Penikmat Aksara, Ekonomi, Politik, dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Musim Resesi Ekonomi Telah Tiba di Indonesia

2 September 2020   14:26 Diperbarui: 2 September 2020   14:27 221
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di ujung kemarau panjang
Yang gersang dan menyakitkan
Kau datang menghantar berjuta kesejukan
Kasih
Kau beri udara untuk nafasku
Kau beri warna bagi kelabu jiwaku
 

Potongan lagu "September Ceria" yang dinyanyikan oleh "Si Burung Camar" Vina Panduwinta ini selalu terngiang ketika waktu menjemput bulan September. Meskipun bulan September di tengah Pandemi Covid-19 kali ini jauh dari kata "Ceria."

Bagi perekonomian Indonesia bulan September ini merupakan waktu yang sangat menentukan, apakah ekonomi Indonesia akan terjerembab ke dalam jurang resesi seperti banyak negara lain atau akan terselamatkan meskipun pertumbuhan ekonominya hanya sekedar 0 persen?

Dapatkah pemerintah Jokowi menghantar berjuta kesejukan bagi perekonomian nasional yang kini tengah dalam situasi gersang dan menyakitkan akibat pandemi Covid-19 yang selama 6 bulan telah mencengkram erat seluruh aspek kehidupan.

Skema Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) yang disusun oleh tim ekonomi dan dilaksanakan oleh seluruh jajaran Pemerintahan Jokowi diharapkan dapat membawa udara baru untuk nafas perekonomian nasional yang sedang tersengal.

Setelah Kuartal I tahun 2020 ini pertumbuhan ekonomi Indonesia berada dalam teritori positif, di angka 2,97 persen, namun kemudian di Kuartal II terkontraksi sangat dalam menjadi minus 5,32 persen.

Maka agar tak masuk ke dalam jurang resesi, pertumbuhan ekonomi Indonesia di Kuartal III harus positif atau paling tidak 0 persen alias tak tumbuh sama sekali. Jika ekonomi Indonesia kembali tumbuh negatif di Kuartal III 2020 yang kini tengah berjalan hingga September berakhir,maka secara teknis Indonesia masuk ke dalam jurang resesi.

Untuk menghindari jurang resesi tersebut, sejak memasuki Kuartal III Pemerintah sangat agresif mengelontorkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)dengan cara yang lebih simpel melalui berbagai stimulus dan bantuan langsung tunai kepada masyarakat agar uang yang beredar dimasyarakat banyak, daya beli meningkat dan akhirnya membuat ekonomi Indonesia bisa menggeliat kembali.

Jika mengacu pada situasi perekonomian Indonesia di Kuartal II 2020 sektor-sektor yang selama ini menjadi penopang utama Pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami penurunan yang sangat tajam.

Konsumsi rumah tangga yang menyumbang 57,8 persen pertumbuhan ekonomi nasional anjlok hingga 5,51 persen secara Year on Year (YoY).

Sektor investasi langsung (FDI) minus hingga 8,61 persen realisasi investasi pada Kuartal II hanya Rp.97,6 triliun, padahal sumbangannya terhadap PDB cukup tinggi di angka 30,61 persen.

Kegiatan perdagangan ekspor dan impor menyumbang terhadap PDB sebesar 15,69 untuk ekspor dan 15,51 untuk impor, di Kuartal II, keduanya tumbuh negatif menjadi masing-masing minus 11,66 persen dan 16,96 persen.

Lantas bagaimana dengan Kuartal III yang kini tengah berjalan? untuk mencapai angka nol persen saja menurut Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrwati sangat berat.

"Kami sangat hati-hati bahwa kuartal III untuk bisa masuk ke zona nol persen itu butuh perjuangan yang luar biasa berat," katanya dalam konferensi pers APBN KiTa di Jakarta, Selasa (25/08/20). Seperti dilansir Bisnis.Com

Sri Mulyani memperkirakan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia di Kuartal III akan berkisar antara 0 hingga minus 2 persen, Sementara Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia akan berada dikisaran minus 1 persen.

Pernyataan kedua menteri yang membidangi perekonomian itu diamini oleh Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan Mahfud MD yang lebih tegas mengatakan bahwa 99,9 persen pada Kuartal III perekonomian Indonesia masih akan berada di teritori negatif, artinya secara teknis dan konsep Indonesia sudah pasti masuk jurang resesi.

"Bulan depan, hampir dapat dipastikan 99,9 persen akan terjadi resesi ekonomi di Indonesia," ujar Mahfud, Senin (31/08/20). Seperti dilansir CNNIndonesia.Com.

Meskipun demikian sepertinya Presiden Jokowi masih tak putus untuk berusaha agar paling tidak ekonomi Indonesia masih bisa mencapai pertumbuhan 0 persen.

Ia merasa, Indonesia masih memiliki waktu  selama 1 bulan untuk menghindari resesi dengan cara mempercepat realisasi belanja barang dan jasa, belanja modal, hingga segera mempercepat pembagian bantuan sosial kepada masyarakat dari pusat hingga ke daerah.

"Belanja barang, modal, belanja bansos betul-betul disegerakan, sehingga bisa meningkatkan konsumsi masyarakat dan meningkatkan ekonomi di daerah," ujar Jokowi Selasa (01/09/20) seperti dilansir detik.com

Namun demikian sepertinya berat juga untuk menghindarkan Indonesia dari jurang resesi. Jika memang resesi terjadi dampak apa yang akan dirasakan oleh masyarakat?

Mungkin tak akan terasa secara langsung dalam jangka waktu yang pendek, yang jelas ketika permintaan melemah, produksi pun akan menurun akibatnya akan ada pemutusan hubungan kerja dan lapangan pekerjaan yang tersedia akan terpangkas, dengan kondisi ini otomatis kemiskian pun akan bertambah.

Tapi resesi ini tak akan serta merta menjadi krisis juga sih jika pemerintah terus melakukan perbaikan, jika pertumbuhan ekonomi Indonesia seperti yang diperkirakan oleh banyak pihak berada di kisaran minus 1-2 persen, berarti trennya sudah mulai membaik dibanding kuartal sebelumnya.

Resesi ekonomi akibat pandemi Covid-19 memang tak hanya terjadi di Indonesia. Paling tidak ada 14 negara yang kini berada di jurang resesi diantaranya Amerika Serikat Kuartal I 2020 minus 5 persen, Kuartal II minus 32,9 persen

Kemudian negara-negara di Eropa seperti Jerman di Kuartal I 2020 pertumbuhan ekonominya minus 2 persen, Kuartal II minus 10,1 persen. Perancis Kuartal I 2020 minus 5,9 persen Kuartal II minus 13,8 persen.

Demikian pula negara-negara di Asia seperti Korea Selatan, Singapura, Filipina sudah mengkonfirmasi bahwa perekonomian mereka sudah masuk ke dalam resesi.

Semoga saja ketika September berakhir Indonesia bisa menghindari resesi, walau mungkin sangat sulit.... kita tunggu upaya Pemerintah Jokowi.

Seperti kata GreenDay... 

Wake Me up When September Ends

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun