Plt Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Giring Ganesha yang dikenal juga sebagai musisi tiba jadi pembicaraan publik karena ia mendeklarasikan diri untuk menjadi calon Presiden Republik Indonesia tahun 2024.
Hampir seluruh masyarakat Indonesia kemudian mencibir karenanya, akh ini hanya gimmick belaka. Track record nya di dunia politik masih terlalu pendek, kemampuan manajerialnya  juga diragukan pengalaman memimpinnya juga belum teruji, pokoknya jika Key Performance Indeks (KPI) calon Presiden itu dibakukan, rasanya hanya untuk mencalonkan saja Giring tak akan memenuhi KPI tersebut.
Apakah dengan bayangan seperti itu sudah pasti Giring tak akan menjadi Presiden RI? Eit tunggu dulu, Sampai hari ini tak ada trajectory yang dapat dijadikan rujukan pasti untuk menjadi Presiden RI.
Presiden pertama Indonesia, Ir. Soekarno menjadi Presiden dengan cara yang mungkin tak ingin diulangi lagi oleh bangsa ini, yang memungkinkan menjadi seorang Proklamator. Siapa sudi harus dijajah kembali oleh bangsa lain.
Siapa pula yang mau kejadian 30 Septembsr 1965 terulang kembali, padahal karenanya jalan Sang Jendral Besar Soeharto tiba-tiba terkuak seolah menjadi penyelamat yang kemudian membawanya menjadi  Presiden ke 2 Republik Indonesia selama 32 tahun.
Haruskah kita mengalami situasi saat reformasi Mei 1998 resesi ekonomi sangat dalam kerusuhan dimana-mana, sekali atau beberapa kali lagi, agar seorang Presiden mundur, sehingga Habibie yang saat itu Wakil naik menjadi Presiden, dan itu fakta sejarah yang mungkin terlintas dalam pikiran Habibie pun tidak.
Ketika kemudian pertanggungjawaban Habibie sebagai Presiden ditolak MPR. Dan pada periode tersebut kemudian Abdurahman Wahid alias Gus Dur tertimpa keberuntungan sejarah, karena ulah poros tengah melalui MPR ia menjadi Presiden ke-4 Republik ini.
Walaupun kemudian ia diturunkan di tengah jalan Pemerintahannya oleh MPR. Lembaga tertinggi negara yang kerjanya menaikan dan menurunkan Presiden, 3 Presiden Republik ini, Soekarno, Soeharto dan Abdurrahman Wahid.
Turunnya Gus Dur yang kemudian diikuti dengan naiknya Megawati sebagai Presiden RI ke-5 seolah mennguatkan bahwa tragedi selalu mengiringi suksesi kepemimpinan di Tanah Air tercinta ini.
Setelah Megawati memerintah, era MPR sebagai penentu dan pemberi mandat Presiden RI sirna berganti dengan pemilihan langsung.
MPR tak lagi memiliki kuasa untuk melakukan intrik politik seperti saat menumbangkan Gus Dur dan menaikan Megawati sebagai Presiden,cukup sampai disitu. Legitimasinya sudah menguap untuk menumbangkan dan menaikan Presiden.
Era pemilihan langsung Presiden mulai bergulir, namun drama politiknya masih bersambung dengan masa sebelumnya, coba kita sedikit berspekulasi secara post-factum, andai saja Megawati saat menjadi Presiden tak mengangkat kembali Susilo Bambang Yudhoyono  sebagai Menkopolhukam untuk kemudian me-reshuffle-nya di tengah jalan.Mungkin foto SBY sebagai Presiden ke 6  tak akan menghiasi Istana.
Namun itu lah takdir, destiny, yang menguatkan asumsi saya bahwa menjadi Presiden di Indonesia itu bukan hanya perkara track record, kepintaran, atau darah yang mengalir di tubuh sang calon.
Takdir pula lah yang kemudian membawa seorang Joko Widodo seorang penguasa mebel kelas daerah menjadi orang nomor satu di Republik ini.
Mungkin tak ada sedikit pun terpikirkan oleh Jokowi saat itu untuk menjadi Presiden Republik Indonesia nomor 7.Â
Takdir pula lah yang membuat Amin Rais tak sempat mencicipi jabatan menjadi orang nomor 1 di negeri inj, padahal ia hadir dalam momen yang tepat.
Begitu pula Prabowo, 2 kali mencalonkan diri sebagai Presiden dengan dukungan yang sangat kuat tak jua membawanya menjadi pemimpin tertinggi negeri ini, takdirnya belum tiba.
Nah, dengan gambaran-gambaran tersebut diatas kita tak pernah tahu takdirnya Giring Ganesha ke depannya, apakah ia ditakdirkan menjadi Presiden atau tidak. We never know.
Karena di analisa ke arah manapun lintasan untuk menjadi presiden di Republik kita tercinta ini, masih tak terpetakan polanya.
Meskipun ada syarat tertentu yang secara konstitusional harus dimiliki sang calon presiden, hanya partai politik atau koalisi partai politik lah yang punya  kursi di DPR yang berhak mengusung calon Presiden.
Tanpa itu ya sayonara pencalonannya, walaupun tentu saja siapapun warga negara Indonesia berhak membayangkan dirinya menjadi Presiden.
Tapi sekali lagi kita tak pernah tahu apa yang akan terjadi ke depan. Awalnya mungkin hanya mimpi namun jika kita mengutip tulisan Paolo Coelho dalam bukunya The Alchemist.
"Dan, saat kamu menginginkan sesuatu, segenap alam semesta bersatu untuk membantumu meraihnya."
Mimpi Giring yang tadinya hanya dianggap sebelah mata, sesuatu bisa saja terjadi yang membawa takdirnya menjadi Presiden Republik Indonesia ke-8.
Who knows?????
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H