Mohon tunggu...
Efwe
Efwe Mohon Tunggu... Administrasi - Officer yang Menulis

Penikmat Aksara, Ekonomi, Politik, dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Pak Jokowi, Maafkan Hamba, Jangankan Membajak Momentum, Bergerak Saja Kami Sulit

16 Agustus 2020   06:34 Diperbarui: 16 Agustus 2020   08:54 793
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Perayaan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia ke 75 tahun 2020 ini super spesial buat kita semua, bukan karena logonya yang dianggap seperti Salib atau karena kita merayakannya dengan sesuatu yang penuh kecanggihan teknologi.

Tapi karena kita merayakannya di tengah situasi pandemi Covid-19. Semua tak sama lagi, kehidupan manusia dibuat jungkir balik oleh mahluk tak kasat mata berukuran 25 mikron.

Tak kurang dari 20 juta orang di dunia saat ini dinyatakan positif terinfeksi  Covid-19, dengan kematian yang mendekati 1 juta jiwa.

Sementara kasus positif Covid-19 di Indonesia per 15 Agustus 2020 seperti dilansir Covid19.go.id tercatat sebanyak 137.468 kasus dengan junlah kematian 6.071 orang

Ekonomi global dibuat tak berkutik, resesi melanda sebagian besar negara-negara dunia. Singapura salah satu negara maju, pertumbuhan ekonominya di kuartal ke II terjun bebas menjadi minus 41,2 persen, Amerika Serikat pun demikian minus 32,9 persen pertumbuhan ekonominya.

Jepang, Jerman, Hongkong, Perancis Malaysia, Filipina, dan banyak lagi negara lain yang perekonomiannya hancur di sikat pandemi Covid-19.

Lantas bagaimana dengan Indonesia, ya setali tiga uang, walaupun secara teknis belum masuk jurang resesi karena pertumbuhan ekonomi Indonesia di Kuartal I 2020 masih bisa tumbuh plus 2,9 persen, meskipun kemudian di Kuartal ke II drop cukup dalam menjadi minus 5,3 persen.

Jika di Kuartal ke III pertumbuhan ekonomi Indonesia kembali berada diteritori negatif, dan probabilitas itu sepertinya sangat besar maka Indonesia resmi mengalami resesi ekonomi.

Dalam situasi seperti ini satu-satunya tumpuan bagi tumbuhnya perekonomian ada ditangan Pemerintah Indonesia.

Memang tak semua sektor terkena, seperti industri alat kesehatan dan semuanya yang berhubungan dengan kesehatan pasti tumbuh positif.

Kemudian sektor telekomunikasi dan segala sssuatu yang berhubungan dengan online sistem, mulai dari aplikasi hingga layanan e commerce melesat naik.

Diluar itu kalau tak ambruk ya jalan ditempat, sektor pariwisata dan segala turunannya merupakan sektor yang paling terdampak.

Jalan memang masih ada tapi sangat berat jika tak dibarengi oleh kerja pemerintah. Memang benar berbagai stimulus ekonomi dan jaring pengaman sosial bagi masyarakat menangah bawah sudah ditebar pemerintah yang masuk dalam skema Pemulihan Ekonomi Nasional yang dananya sekitar Rp.700 triliun.

Namun menurut Jokowi dalam Pidato Kenegaraan menyambut Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia ke 75 di MPR/DPR, justru gonjang -ganjingnya perekonomian dunia bisa menjadi waktu yang tepat untuk membajak momentum krisis.

Ia mengibaratkan tatanan dunia ini sebuah perangkat komputer yang sekarang sedang kondisi hang, butuh rebooting dan itu lah kesempatan kita untuk mengejar ketertinggalan.

"Dan semua negara mempunyai kesempatan men-setting ulang semua sistemnya," kata Jokowi di Gedung Parlemen Senayan, Jumat (14/08/20). Seperti dilansir Kompas.Com.

Pidato yang penuh optimisme saya kira dan itu bagus agar masyarakat memiliki secercah harapan di tengah gulita akibat pandemi.

Permasalahannya bagaimana kita mau mereset sistem komputer jika virusnya masih bercokol? Bisa tapi harus deep rebooting dan itu ongkosnya lumayan mahal dan lama.

Salah-salah komputer nya bukan lagi hang tapi mati total. Lantas apa yang harus dilakukan masyarakat agar menjadi bagian dari pembajak krisis.

Saya dan mungkin sebagian besar masyarakat Indonesia hanya bisa bekerja seperti biasa atau melakukan apapun aktivitas positif dan dalam menjalankan aktivitasnya tersebut patuh pada protokol kesehatan.

Agar tak menjadi bagian dari pihak yang memaparkan dan terpapar Coronavirus Desease 19, yang ujungnya bisa mempersulit diri sendiri dan penanganan pandemi secara keseluruhan.

Karena dalam situasi seperti ini agak sulit juga bagi rakyat jelata seperti kami untuk bergerak secara lincah. 

Sayangnya Presiden Jokowi tak menjabarkan secara rinci bagaimana cara membajak momentum krisis ini, mungkin tugas para menterinya untuk menjabarkan dan mengimplementasikan pembajakan momentum krisis itu menjadi peluang untuk mengejar ketertinggalan kita dari negara maju.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun