Covid-19 sepertinya membuat manusia benar-benar seperti frustasi. Karena Covid-19 perekonomian menjadi berantakan. Karena Covid-19 kehidupan sosial menjadi ter-distraksi sedemikian rupa. Karena Covid-19 pendidikan anak-anak kita terlantar.
Segala upaya dilakukan oleh seluruh manusia  agar virus corona ini segera enyah dari muka bumi ini. Segala upaya telah dilakukan agar manusia tak harus lagi terancam dengan keberadaan virus menyebalkan ini.
Namun semua upaya itu sepertinya tak menghasilkan apapun secara optimal. Satu-satunya cara untuk mengenyahkan virus, ya keberadaan vaksin.
Vaksin masih butuh waktu paling cepat 8 bulan ke depan untuk dapat dipergunakan secara masal oleh masyarakat luas.Â
Saat ini yang dapat diperbuat manusia adalah mencoba mengurangi menghambat penyebarannya dengan cara mempraktikan protokol kesehatan ketat.
Namun ekses dari praktik protokol kesehatan  seperti menggunakan masker, rajin mencuci tangan, serta menjaga jarak ini mengakibatkan kehidupan lazim manusia tak lagi relevan untuk disebut lazim.
Akibatnya ya itu tadi, seluruk aspek kehidupan manusia mulai dari ekonomi, sosial, pendidikan, budaya menjadi berantakan.
Mau melanggar takut karena risikonya kehilangan nyawa, tak melanggar juga manusia seperti tak memiliki "kehidupan".
Manusia menjadi frustasi, satu-satunya cara agar tetap bertahan ya kita berusaha membangun harapan bahwa dalam kegelapan, di ujung sana masih terlihat kerlipan cahayaÂ
Dalam situasi seperti ini, maka tak heranlah berbagai isu tentang obat dan penanganan alternatif yang bisa menghindarkan manusia terpapar  serta memiliki kemampuan menyembuhkan penyakit yang ditimbulkan virus corona bermunculan meski tanpa dasar yang valid, dan banyak sekali manusia mempercayainya tanpa ditelisik lebih jauh validitasnya.
Mengapa demikian, karena pada dasarnya manusia dianugerahi oleh sesuatu yang unik yakni "HARAPAN atau HOPE" untuk mencapai tujuannya.