Akh entah apa yang terjadi dengan Jokowi, apakah kekuasaan telah merekontruksi ego-nya? Sependek pengetahuan saya tentang Jokowi ia tak seperti itu di awal memimpin Indonesia.
Di periodenya yang ke 2 ini, Jokowi juga terlihat lebih "Presiden" di banding Periode yang pertama, dimana gestur Jokowi saat itu seperti rakyat biasa yang kebetulan saja menjadi Presiden.
Namun rentetan kekecewaan tersebut  tak membuat saya menyesal memilih Jokowi. Jika pendulum waktu diputar ulang pun saya tetap akan memilih Jokowi dibanding Prabowo.
Karena saya yakin Jokowi mampu membawa Indonesia menjadi lebih baik jika ia bisa lepas dari tekanan politik orang-orang sekitarnya.
Kekecewaan saya ini tak akan bepengaruh pada apapun apalagi terhadap politik nasional karena bobot politiknya mungkin zero, namun saya yakin pendukung Jokowi yang memiliki kekecewaan serupa dengan saya cukup bamyak bisa jadi hingga berjuta.
Saya menyadari juga Jokowi itu jauh dari sempurna dan ia masih manusia biasa, tak mungkin benar terus karena ia bukan malaikat, pun juga tak akan salah terus karena ia bukan setan.
Untuk itu saya akan mendukungnya secara proporsional saja, salah ya saya akan menulis kritikan terhadapnya, benar ya saya akan menulis pujian terhadapnya.
Mengutip ucapan Staf ahli Menteri Keuangan Yustinus Prastowo  dalam salah cuitan lewat akunnya @prastow di Twitter ,Â
Kritiklah Pemerintah Sekeras-Kerasnya, Bantu lah Pemerintah Sekuat-Kuatnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H