Mohon tunggu...
Efwe
Efwe Mohon Tunggu... Administrasi - Officer yang Menulis

Penikmat Aksara, Ekonomi, Politik, dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Singapura Sudah Masuk Jurang Resesi, Indonesia Bakal Menyusul?

15 Juli 2020   14:44 Diperbarui: 15 Juli 2020   15:29 289
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ekonomi Singapura kini masuk ke dalam resesi, seiring pada akhir Kuartal II  2020 pertumbuhan ekonominya menciut hingga minus 41,2 persen jika dibandingkan dengan Kuartal sebelumnya di tahun yang sama, di Kuartal I 2020 ekonomi Singapura tumbuh negatif sebesar minus 0,3 persen.

Sementara menurut data resmi yang dirilis oleh Pemerintah Singapura secara Year on Year pertumbuhan ekonomi Singapura mengalami kontraksi alias pertumbuhan negatif sebesar minus 12,6 persen.

Sebuah negara akan disebut memasuki masa resesi manakala pertumbuhan ekonominya mengalami kontraksi dua kuartal atau lebih dalam satu tahun. Kondisi ini lah yang membuat ekonomi Singapura dikategorikan sudah terjerembab ke jurang resesi.

Singapura sebuah negara maju mengalami resesi lantaran circuit break atau lockdown dalam versi pemerintah Singapura dalam menangani pandemi Covid 19.

Selain itu, melemahnya perekonomian dunia yang disebabkan oleh melorotnya perdagangan global telah menimpa sektor manufaktur Negara Singa ini, yang memang sangat tergantung pada ekspor.

Jangan lupa juga Singapura merupakan negara transit, lalu lintas perdagangan dari berbagai benua  ke Asia Pasifik sebagian besar melalui pelabuhan di negara Merlion tersebut.

Lantaran pandemi, perdagangan dunia drop  ekonomi dunia melemah, lalu lintas ekspor impor pun menurun jauh akibat pandemi yang berkepanjangan ini.

Seperti kita ketahui Singapura merupakan negara yang memiliki ketergantungan pada pasar ekspor yang sangat tinggi dan membuatnya beririsan sangat tebal dengan perekonomian global.

Pasar dalam negeri mereka sangat kecil karena jumlah penduduknya mini jadi ekonomi Singapura benar-benar bergantug pada interaksi perdagangan global

Sementara di dalam negeri pun, andalannya sektor properti yang berkaitan dengan aktivitas industri konstruksi pun mandek, demikian juga peritel mengalami hal yang nyaris serupa penjualan mereka terjun bebas hingga ke titik terendah sepanjang sejarah berdirinya Singapura.

Untuk kembali menggerakan ekonominya Pemerintah Singapura  bertekad  menggelontorkan stimulus sebesar US$67 miliar yang setara dengan 20 persen dari PDB-nya bagi para pelaku usaha dan rumah tamgga.

Agar ekonomi mereka tak terjerembab lebih dalam, pertanyaannya apakah itu akan berhasil mengungkit kembali perekonomian Singapura? 

Kita liat bagaimana kemampuan tim ekonomi Pemerintah Singapura berselancar melewati badai ekonomi yang luarbiasa dahsyat ini.

Pertanyaan berikutnya yang lebih penting  bagi saya penduduk Indonesia, apakah resesi yang terjadi di Singapura bakal merembet ke Indonesia atau paling tidak berdampak pada negara kita tercinta ini?

Menteri Keuangan  Sri Mulyani  Indrawati telah dua kali memaparkan proyeksi pertumbuhan  ekonomi Indonesia dalam Kuartal berjalan dan beberapa kuartal ke depan.

Dan sayangnya gambaran proyeksi pertumbuhannya, tak menggembirakan alias suram. Untuk kuartal II yang kini tengah berjalan sampai akhir Juni 2020, proyeksi pertumbuhan ekonominya akan terkontraksi sebesar -3,8 persen.

Sementara untuk Kuartal III yang akan mulai berjalan mulai bulan Juli hingga September perkiraan pertumbuhannya akan berkisar antara 1 persen hingga minus 1,6 persen.

Dan untuk Kuartal IV harapan Pemerintah akan bertumbuh lebih baik antara paling tinggi 3,4 persen hingga 1 persen.

Sri Mulyani mengharapkan resesi tak sampai menghampiri Indonesia di tahun 2020 ini. Seperti diketahui pertunbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal pertama masih tumbuh positif 2,97 persen.

Sebenarnya ekonomi Indonesia pertumbuhannya bisa lebih baik jika belanja pemerimtah maksimal artinya anggaran-anggaran  yang ada diberbagai kementerian termasuk di dalamnya anggaran untuk penanganan Covid-19 harus segera dibelanjakan.

Hal ini dapat menopang pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi lebih baik,  yang menurut para ekonom jika ini terjadi kontraksi ekonomi Indonesia pada 2020 bakal berada dikisaran minus 2 persen jauh diatas proyeksi awal yang antara minus 3 hingga minus 5 persen.

Meskipun kelihatannya resesi ekonomi ada kemungkinan tak akan terjadi di Indonesia, karena Indonesia engagment-nya dengan perdagangan Internasional tak sebesar dan seerat Singapura.

Selama ini yang menjadi sandaran pertumbuhan ekonomi Indonesia ya ekonomi domestik alias ekonomi dalam negeri.

Berbeda dengan Singapura yang sebagian ekonominya benar-benar bergantung pada ekonomi global, namun dampak resesi Singapura terhadap perekonomian Indonesia cukup besar.

Mengingat transaksi perdagangan dan investasi antara Indonesia dan Singapura sangat tinggi. Singapura merupakan negara terbesar yang menanamkan investasi Foreign Direct Invesment (FDI) di Indonesia.

Seperti dilansir oleh Bisnis.Com, Total investasi FDI Singapura  di Indonesia Pada kuartal I 2020 menurut data yang dikeluarkan oleh Badan  Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)  sebesar US$ 2,7 miliar atau setara 40 persen dari total investasi asing di Indonesia.

Nah, ketika Singapura masuk jurang resesi maka besar kemungkinan mereka akan mengurangi rencana investasi baru di Indonesia, atau tak melakukan ekspansi dari investasi yang sudah berjalan.

Selain itu menurut Direktur Eksekutif INDEF,Ahmad Tauhid selain investasi nilai perdagangan antara kedua negara bakal merosot tajam, padahal Singapura merupakan salah satu tujuan utama ekspor non migas Indonesia.

Per Mei 2020 6,57 persen ekspor non migas Indonesia bertujuan ke Singapura atau setara dengan US$ 4 miliar atau senilai Rp. 56 triliun.

Resesi akan membuat Singapura berpotensi untuk mengurangi Impor dan lebih fokus memulihkan ekonomi domestik dan menahan laju perdagangan internasional.

Namun Indonesia akan tertolong jika ekonomi China bisa lebih cepat recovery, karena China merupakan negara tujuan ekspor non migas paling besar bagi Indonsesia.

Tetapi tetap saja resesi ekonomi yang terjadi di Singapura harus dicermati dengan seksama. Lantaran bagaimanapun dampaknya tetap ada pada kinerja ekspor impor, investasi, dan pariwisata.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun