Mohon tunggu...
Efwe
Efwe Mohon Tunggu... Administrasi - Officer yang Menulis

Penikmat Aksara, Ekonomi, Politik, dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Erick Thohir Terlalu "Kesusu"

6 Juli 2020   13:39 Diperbarui: 6 Juli 2020   14:36 250
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gerak langkah Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir sangat cepat, dirinya melakukan restrukturisasi nyaris di seluruh perusahaan milik negara, dari mulai mengganti jajaran petingginya, memperbaiki posisi utang beberapa perusahaan yang tengah merugi, menggabungkan atau melikuidasi perusahaan BUMN yang hidup segan mati tak mau.

Kemudian ada beberapa usaha dari anak usaha BUMN dilebur menjadi satu, seperti beberapa rumah-sakit milik berbagai perusahaan BUMN menjadi satu di bawah manajemen PT Pertamedika yang dulunya merupakan anak usaha Pertamina.

Selain rumah sakit yang bakal dilebur, Dana Pensiun (dapen) yang menyebar di seluruh perusahaan pelat merah ini akan disatukan dalam sebuah manajemen baru.

Erick Thohir sepertinya telah memiliki grand design tersendiri dalam mengelola Perusahaan-Perusahaan BUMN ini. Dalam rencana Erick, BUMN bakal dipangkas setengahnya dari jumlah perusahaan saat Menteri BUMN dipegang Rini Soewandi yakni 142 perusahaan menjadi 70 perusahaan saja.

Saat ini jumlah perusahaan BUMN tinggal 107 perusahaan, 35 BUMN sudah ia lebur atau likuidasi. Namun langkah Erick yang sangat cepar ini sepertinya tak diikuti oleh kecermatannya dalam bertindak.

Penunjukan petinggi-petinggi BUMN menuai konroversi, penunjukan anggota TNI dan Polri aktif memicu polemik. Kemudian politik "ada ubi ada talas" terpampang jelas jika kita melihat komposisi posisi Komisaris-Komisaris di perusahaan milik negara ini.

Masalah peleburan atau likuidasi perusahaan pun sepertinya terlalu cepat dilakukan, walaupun saya yakin secara teknis manajerial sudah dilakukan due dilligence, namun Erick sepertinya mengabaikan aspek di luar masalah teknis. Tak heran kemudian Adian Napitupulu sempat mempertanyakan langkah-langkah Erick ini, lewat surat terbuka hingga kemudian ia dipanggil Presiden Jokowi.

Rencana Erick terbaru adalah melebur dapen di berbagai perusahaan BUMN dalam satu manajemen dan melakukan merger terhadap seluruh bank-bank syariah BUMN. Hal ini dilakukan Erick untuk mendorong peningkatan kinerja dan efesiensi di perusahaan pelat merah.

Untuk dapen Erick mengungkapkan disatukannya seluruh dapen BUMN untuk menghindari fraud dan meningkatkan asas kehati-hatian.Berkaca pada kasus Jiwasraya Erick menyebutkan bahwa seharusnya dapen itu dikelola secara prudent tak perlu tergiur dengan iming-iming imbal hasil tinggi namun disertai risiko besar,

Dana pensiun itu semestinya ditempatkan pada investasi yang memiliki risiko rendah. 

"Saya tidak mau kejadian Jiwasraya terjadi di dana pensiun BUMN, kita sedang coba konsolidasi dapen BUMN, bahwa kita coba konsolidasikan, tapi legal hukumnya masih kami pelajari," katanya, Kamis (02/07/20). Seperti dilansir Bisnis.com.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun