Mohon tunggu...
Efwe
Efwe Mohon Tunggu... Administrasi - Officer yang Menulis

Penikmat Aksara, Ekonomi, Politik, dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Mau Naik Jabatan di Kantor? Cukup Kerja yang Baik dan Ikhlas, Tak Perlu Teori Ini Itu

22 Juni 2020   08:41 Diperbarui: 22 Juni 2020   10:07 545
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: thegreenhouseproject.co.uk

Entah sudah berapa banyak buku dan bacaan lainnya yang berisi teori-teori  atau tip ini itu agar karir di tempat kerja bisa naik dengan cepat ditulis untuk kemudian dibaca oleh kita semua.

Tak ada yang salah sebenarnya dengan hal tersebut, namun kadang teori dan tip itu rumit, belum lagi banyak sekali yang tidak sesuai dengan keadaan yang ada di kantor kita.

Setiap institusi baik swasta maupun milik pemerintah, tentu saja memiliki standar masing-masing dalam menentukan kenaikan jabatan karyawannya.

Berbeda-beda pula budaya perusahaannya, apabila di institusi negara misalnya ada kurun waktu tertentu yang memungkinkan pegawainya bisa naik jabatan terlepas dari prestasi yang diraihnya.

Ukuran sebuah prestasi kerja yang standar dimanapun adalah target kerja yang ada dalam job desk kita, jika target kerja bisa tercapai maka penilaian positif terhadap kita sudah hampir dapat dipastikan.

Apakah kemudian otomatis setelah pegawai itu memenuhi target kerja sesuai job desk-nya pegawai itu akan naik jabatan?

Belum tentu, ada hal lain terutama berkaitan dengan attitude, seperti masalah disiplin mematuhi aturan di kantor, hubungan antar pegawai, dan kemampuan pegawai tersebut dalam berkomunikasi baik dengan atasan, bawahan, atau kolega yang berada satu level dengan kita.

Memang faktanya, meskipun semua hal tersebut sudah dianggap baik sesuai penilaian yang telah ditetapkan oleh institusi tempat kita bekerja. 

Jabatan kita terkadang ya tetap mandeg aja, tak kunjung bergerak naik. Kita harus sadari juga ada  faktor X dalam kondisi tersebut, bisa saja  faktor like or dislike menjadi penghalangnya atau jabatan tersebut tak cocok dengan attitude kita.

Nah, hal inilah yang kadang membuat kita meradang, lahirlah anggapan bahwa perlakuan terhadap kita tak adil, kemudian timbul ketidakpuasan dan  ujung-ujungnya menjelek-jelekan institusi tempat bekerja atau atasan kita.

Padahal menurut pengalaman saya sepanjang kita bekerja dengan baik, semuanya akan baik-baik saja.Bekerja dengan baik itu artinya bekerja minimal sesuai dengan standar yang telah ditetapkan berikut attitude dan disiplin yang memenuhi kriteria yang telah digariskan institusi tempat kita bekerja, jabatan itu hanya tinggal menunggu waktu saja.

Sikut-sikutan antar pegawai di sebuah kantor demi jabatan itu memang biasa terjadi, politik kantor dalam berebut jabatan itu lumrah terjadi di institusi manapun, tapi kembali sikapi itu dengan santai saja. Kerja saja dengan baik, berikanlah kemampuan terbaik kita, masalah jabatan dan uang itu akan mengikuti. Yakin lah upaya itu tak akan membohongi hasil.

Atasan atau institusi secara keseluruhan tak buta kok, apalagi saat ini dalam pengelolaan sumber daya manusia modern selalu dilengkapi dengan stndar penilaian yang jelas.

Lantas bagaimana  jika dalam jangka waktu yang cukup lama,meskipun kita sudah bekerja dengan baik jabatan kita sepertinya "diem-diem bae". Ya santai aja sih.

Kenapa bisa santai padahal kita sudah bekerja dengan baik kita mandeg, dilain pihak ada pegawai lain yang bekerja tak lebih baik dari kita jabatannya naik?

Dari awal kita bekerja kita itu ya mesti ikhlas saja. Kita bekerja demi mengamalkan ilmu yang kita miliki dan menafkahi diri dan keluarga kita, itu saja.

Jika kita bekerja dengan baik dan ikhlas jabatan demi jabatan bisa kita raih, jika kemudian ternyata hal itu tak menjadi kenyataan, dan terus membuat kita ngedumel dari hari ke hari, lebih baik pikirkan untuk pindah kerja ke institusi lain.

Tak usah terlalu dipusingin lah urusan jabatan itu, at the end jika kita bekerja dengan baik dan ikhlas apa yang kita harapkan bisa tercapai kok.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun