Ramadan dan Idul Fitri 1441 Hijriah  yang bertepatan dengan bulan April-Mei tahun 2020 Masehi kali ini jauh berbeda dengan Ramadan tahun-tahun sebelumnya, karena sekarang kita semua tengah berada dalam situasi pandemi Covid-19.
Memang esensi  beribadah secara vertikal tak kehilangan maknanya sama sekali, kita tetap bisa beribadah Ramadan seperti biasa, puasa, tarawih tadarus, berzakat dan ibadah-ibadah tambahan lainnya tetap bisa berjalan.
Yamg berbeda di sisi horisontalnya, sisi komunalnya, karena bulan Ramadan biasanya kental dengan suasana kesalehan komunal.
Namun karena pandemi ini, sisi sosial beribadah puasa tahun ini bak bumi dan langit dengan Ramadan yang lalu dan lalu lagiÂ
Tarawih yang biasanya dilakukan berjamaah di Mesjid dengan berbagai romantikanya, tahun ini tak bisa dilakukan, begitupun Tadarusan, dan Itikaf di 10 hari terakhir Ramadan, semuanya hanya bisa dilakukan di rumah saja.
Apalagi dengan budaya-budaya yang mengiringi puasa seperti ngabuburit, berburu takjil, nyubuh dan mudik sama sekali dilarang dilakukan.
Kondisi ini dilakukan dalam rangka memutus mata rantai penyebaran Covid-19. Pandemi yang mencengkram kini, Â memang meluluhlantakan tatanan kehidupan sosial yang selama ini sudah ajeg dianut oleh seluruh manusia di dunia ini.
Bersalaman yang mencitrakan kehangatan dan rasa hormat, kini seperti terlarang dilakukan. Peluk cium yang menggambarkan cinta kasih, sekarang seolah menjadi senjata membahayakan.
Syukurlah kini kita terbantu oleh keberadaan teknologi, yang bisa menyambungkan peluk cium dan salaman yang merupakan bagian dari praktek silaturahmi, secara virtual tanpa harus berhadapan langsung.
Apalagi menjelang akhir Ramadan yang akan ditutup dengan Lebaran, berkat teknologi komunikasi dan intermet kita masih bisa saling bermaafan dengan handai taulan nun jauh disebarang melalui gawai yang kita miliki.
Bahkan untuk berbelanja kebutuhan Lebaran pun kita bisa secara leluasa menggunakan sistem perdagangan online, pilih, pesan, dan bayar melalui internet banking, semuanya mudah.
Namun tentu saja atmosfernya jauh berbeda dengan cara kita mendatangi langsung toko atau Departemen store  seperti belanja Lebaran tahun-tahun ssbelumnya.
Lantas bagaimana jika kita ingin membelikan sesuatu ssbaglai hadiah lebaran bagi orang tua, saudara-saudara kita yang lain di kampung, ya tetap saja bisa dilakukan melalui platform perdagangan online.
Walaupun sekali lagi lebih afdol rasanya kita berbelanja offline di Mall atau Supermarket langganan kita, karena kita bisa langsung meraba kehalusan bahannya, memilih ragam corak dan warnanya.
Tapi yah gimana lagi, kondisinya memang begini Mall saja masih ditutup. Akh sedih rasanya. Rasanya untuk tahun ini saya lebih memilih untuk tak membelikan barang sebagai hadiah lebaran bagi keponakan, orang tua dan sanak saudara lainnya.
Saya lebih baik memberi mentahnya saja, alias uangnya saja, selain terbebas dari kerepotan untuk berbelanja dan memilih secara online , karena terkadang apa yang digambar tak sesuai dengan kenyataan. Indah gambar dari rupa.
Juga bisa memberikan keleluasaan bagi mereka untuk memakai uang itu untuk kebutuhan yang mereka anggap prioritas. Tinggal transfer, berez deh urusannya, besar kecilnya relatif yang penting ikhlas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H