Mohon tunggu...
Efwe
Efwe Mohon Tunggu... Administrasi - Officer yang Menulis

Penikmat Aksara, Ekonomi, Politik, dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Ramadan di Tengah Pandemi, Hubungan Vertikal Tak Ada Masalah, Justru yang Bermasalah Hubungan Horisontal

5 Mei 2020   03:12 Diperbarui: 5 Mei 2020   03:09 746
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ramadan tahun 1441 Hijriah yang bertepatan dengan bulan April dan Mei tahun 2020 Masehi kali ini, terasa sangat berbeda dengan Ramadan tahun-tahun sebelumnya.

Umat muslim di seluruh dunia harus melaksanakan puasa yang merupakan ibadah wajib di bulan Ramadan dalam suasana lain.

Semua tak sama lagi dengan kondisi normal, di tengah pandemi Covid-19 terdapat banyak batasan-batasan pergerakan manusia akibat kebijakan physical distancing yang penerapannya di Indonesia disebut Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).

Dalam PSBB tersebut kita diharuskan untuk bekerja dari rumah, belajar dari rumah dan beribadah pun dari rumah. Pokoknya kegiatan apapun yang menimbulkan kerumunan dalam jumlah lebih dari 5 orang dilarang, jika terus memaksakan maka aparat yang berwenang akan membubarkan apapun kegiatan tersebut, termasuk di dalamnya ada kegiatan ibadah shalat berjamaah.

Padahal Ramadan adalah waktu yang penuh dengan kegiatan memakmurkan Mesjid. Banyak sekali kegiatan di bulan puasa ini yang bersifat komunal.

Seperti Buka bersama, Tadarusan, Shalat Tarawih berjamaah dan Iti'kaf di Mesjid untuk meraih malam seribu bulan.

Namun ketika kita berpuasa di tengah pandemi, membuat aspek personal dari ibadah ini menjadi lebih kuat. Tidak ada lagi hingar bingar kesalehan komunal

Hanya Allah dan diri kita lah yang tahu, melaksanakan puasa atau tidak. Hanya Allah lah yang tahu ketulusan kita menjalankan ibadah ini.

Dalam hal hubungan vertikal antara manusia dengan Tuhannya saat ini terasa jauh lebih baik. Bukankah dalam keheningan ibadah kita menjadi lebih khusyuk.

Paling tidak mata kita menjadi lebih terjaga dari berbagai pandangan yang dapat mengurangi bobot pahala puasa. Begitupun indera kita yang lain, praktis bisa lebih terkontrol.

Namun masalahnya secara sentimentil kita terbiasa dengan suasana bulan puasa yang hingar bingar, rindu melaksanakan Tarawih secara berjamaah di Mesjid, kangen mendengar suara tetangga kita saat bersama-sama membaca  Al Quran saat Tadarusan bersama.

Merindukan suasana buka bersama yang seperti telah menjadi sebuah kewajiban, biasanya jadwal dan undangan buka bersama mengular sejak hari ke-2 hingga 3 hari menjelang lebaran.

Perasaan itu muncul mungkin karena nature-nya Manusia adalah mahluk sosial yang gemar berkumpul, apalagi saat Ramadan tiba, kita semua seperti terseret ke dalam extravaganza ibadah puasa.

Hal ini lah yang membuat saya bersedih, saya berulang kali bergumam akh bulan puasa tahun ini tak seru, sangat berbeda dengan bulan puasa tahun-tahun sebelumnya. Padahal sscara vertikal bisa saja puasa kita lebih baik, 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun