Seluruh rencana gilang gemilang yang sudah disusun rapi sedemikian rupa di tahun 2020, tiba-tiba harus dibatalkan agar penyebaran virus ini tak menjadi-jadi.
Pertumbuhan ekonomi yang digadang-gadang mampu membawa kemakmuran masyarakatnya, harus luluh lantak, bahkan berbagai lembaga keuangan dunia seperti International Monetary Fund (IMF) dan World Bank meramalkan jika dalam 4 bulan ke depan Covid-19 tak mampu diatasi, atau minimal di kurangi penyebarannya maka kemunduran ekonomi hingga di atas minus 2 persen bisa terjadi.
Jangan tanya untuk urusan kesehatan dan kehidupan, para ahli Epidemologi dari berbagai negara, memprediksi jika virus corona seri terbaru ini, terus menyebar dengan kecepatan seperti saat ini maka 60 persen penduduk bumi akan terjangkiti, angka ini setara dengan 4,8 milyar manusia terpapar oleh virus ini, mengingat penduduk bumi saat ini berjumlah 7,7 miiar orang.
Jika tingkat kematian rata-rata seperti yang saat ini terjadi sekitar 5 persen, 240 juta manusia akan kehilangan nyawanya.
Akh, seram, bagaimana bisa hal ini bisa terjadi di dunia yang kita tinggali ini?
Entahlah, bisa jadi ini karena laku salah kita manusia dalam memberlakukan sesama mahluk pengisi alam semesta, atau seuatu yang telah dituliskan di Lauhul Mahfuz, 50 ribu tahun sebelum manusia diciptakan.
Yang jelas bisa lah kalau kita sebutkan bahwa tahun 2020 adalah tahun yang mengerikan, atau meminjam kata dari Ratu Elizabeth II, Ratunya rakyat Inggris, Annus Horibilis.
Istilah "Annus Horibillis"  yang berasal dari bahasa latin dan memiliki arti tahun mengerikan, pertama dipopulerkan oleh Ratu Inggris, Elizabeth II saat pidatonya dalam peringatan 40 tahun dirinya naik tahta, pada tahun 1992.
Sebetulnya lawan kata annus horibillis, yakni annus mirabillis lebih sering dipergunakan untuk menggambarkan capaian yang gemilang.
Baru saat itu istilah Annus Horibillis diucapkan oleh seorang pemimpin dunia. Lantas apa yang terjadi sehingga Sang Ratu pemilik tahta Kerajaan Inggris ini berucap seperti itu.
Pada tahun 1992 berbagai musibah besar menimpa Kerajaan Inggris, dan Sang Ratu sebagai pemimpin monarki sempat merasa frustasi dan memyalahkan dirinya sendiri atas berbagai musibah tersebut.