Pandemi Covid-19 sepertinya sudah mulai tak terkendali di Amerika Serikat, hari ini Jumat 27 Maret 2020 Pukul 09.59 menurut laman Worldometer jumlah total terinfeksi di negeri Paman Sam ini sudah mencapai 85.377 kasus infeksi Covid-19.
Artinya jumlah kasus infeksi di AS kini melebihi China, epicentrum awal pandemi Covid-19, yang sebanyak 81.340.
Tadinya banyak pihak berpikir Italia lah yang akan pertama kali melompati China untuk jumlah terinfeksi, seperti halnya ketika Italia melewati jumlah korban meninggal akibat pandemi Covid-19.
Puncak penambahan kasus positif Covid-19 di AS terjadi hari Kamis (26/03/20) tercatat kasus baru yang masuk hari itu sebanyak 17.224 kasus baru.
Jika kita perhatikan dalam seminggu terakhir penambahan kasus baru di AS ini memang sangat cepat. Dimulai dari tanggal 21 Maret 2020 penambahan kasus baru, di tanggal tersebut hanya 4.825 kasus.
Besoknya, tanggal 22 Maret 2020, jumlah kasus baru meroket 2 kali lipat hingga berjumlah 9.400 kasus baru, nah mulai dari tanggal inilah kasus baru Covid-19 bereskalasi secara signifikan di AS.
Berturut-turut mulai tanggal 23 Maret 2020 kasus baru di AS, sebanyak 10.189 kasus baru, 24 Maret 11.075 kasus baru, 25 Maret 13.355 kasus baru. Dan puncaknya tanggal 26 Maret dengan 17.224 kasus baru.
Pertanyaannya akan ada lagi kah puncak-puncak kasus baru berikutnya? Semoga saja tidak, namun jika melihat trend dan menurut beberapa ahli epidemologi Pemerintahan Trump kurang maksimal dalam menangani penyebaran virus Covid-19, akan ada puncak-puncak kasus baru yang lain.
Sementara situasi sebaliknya terlihat di China, dalam beberapa pekan belakangan di daratan China penambahan kasus baru terus menurun bahkan tanggal 19 Maret 2020 China tak mencatatkan penambahan kasus baru satu pun, ini pertama kali sejak wabah itu mulai merebak di Wuhan 3 bulan lalu.
Namun, kemudian penambahan kembali terjadi namun dengan jumlah yang tak banyak, rata-rata hanya 40 kasus baru perhari, itupun seperti yang disebutkan oleh otoritas China merupakan penyebaran dari luar China.
Tetapi hal ini diragukan oleh banyak pihak, mereka menuduh Pemerintah China telah menyembunyikan data yang sebenarnya, seperti yang dilansir Financial Times.