Menurut terminologi saya mungkin para Diplomat negara barat ini ingin menyatakan, jika virus  ini sudah masuk ke Indonesia maka penyebarannya akan sangat cepat, mengingat fasilitas-fasilitas kesehatan yang ada saat ini tidak memadai.
Mereka meyakini bahwa banyak rumah sakit si Indonesia yang tak memiliki Alat Perlindungan Diri (APD) yang memadai.
Selain itu , tak memiliki ruang isolasi yang cukup dan transportasi spesimen yang layak.
Bukan kali ini saja sebenarnya beberapa pihak meragukan fakta bahwa Indonesia sampai saat ini tak terjangkiti COVID 19 serta  kemampuan Indonesia dalam mendeteksi dan menangani virus corona ini.
Seorang Peneliti Harvard University, Profesor Mark L Lipstich secara perhitungan matematis dan statistik Indonesia tak mungkin tak terpapar COVID 19.
Ahli epidemi tersebut menyatakan potensi penyebaran virus ini diseluruh dunia bisa sampai 40 hingga 70 persen dari total populasi penduduk dunia.
Kemudian ada fakta bahwa seorang turis Jepang terjangkit virus corona setelah berlibur di Pulau Bali.
Menjadi sangat ajaib hingga saat ini COVID 19 masih tak terdeteksi di Indonesia. Walaupun tentu saja kita sangat bersyukur dengan kenyataan ini.
Namun tetap kenyataan tersebut menyimpan tanya, apakah memang benar-benar virus tersebut tak ada di Indonesia?
Atau  karena tak menunjukan gejala khusus sehingga ketika di cek hanya dengan gejala klinis saja menjadi tak terdeteksi.
Atau ada gejala namun karena keterbatasan alat cek khusus virus, menjadi tak terdeteksi.