Tepat pukul 13.00 hari Senin 24 Februari 2020 waktu Malaysia, Perdana Menteri Malaysia Datok Tan Sri Mahathir Muhammad secara resmi mengundurkan diri sebagai Perdana Menteri.
Mahathir mengirimkan surat pengunduran dirinya kepada Raja Malaysia Yang Di Pertuan Agung Tengku Abdullah.
Mahathir merupakan Perdana Menteri Malaysia tertua, saat dirinya dipilih kembali menjadi PM pada tahun 2018 menggantikan Najib Razak, ia berusia 92 tahun.
Sebelum dipilih kembali  untuk kedua kalinya, Mahathir  pernah menjabat sebagai PM Malaysia selama 22 tahun, mulai dari tahun 1981 hingga tahun 2003.
Pengunduran diri Mahathir Muhammad kali ini disinyalir memiliki muatan politik yang disebutkan akan mendegradasi peluang Anwar Ibrahim sebagai Perdana Menteri Malaysia menggantikan dirinya sesuai perjanjian yang telah disepakati bersama.
Kabar pengunduran diri Mahathir ini, muncul setelah Ketua Partai  Keadilan Rakyat (PKR) Anwar Ibrahim beserta Istrinya Wan Azizah Wan Ismail dan  Menteri Keuangan  Lim Guan Eng.
Mereka bertemu untuk membahas soal gagasan Mahathir untuk merombak Kabinet dan Koalisi. Sebelumnya Mahathir dikabarkan hendak menggandeng partai oposisi, Partai Islam SeMalaysia (PAS) dan Partai Organisasi Nasional Melayu Bersatu (UMNO), ke dalam koalisi.
Hal inilah di duga yang membuat koalisi Pakatan Harapan dan partai pendukung utama dalam koalisi tersebut retak.
Saat ini Mahathir bersama partainya, Parti Pribumi Bersatu Malaysia meninggalkan Koalisi Pakatan Harapan yang sedang berkuasa.
Dalam tubuh PKR sendiri sedang terjadi kekisruhan setelah Anwar Ibrahim berseteru dengan Wakilnya Muhammad Azmin Ali.
Makanya kemudian, 11 anggota Parlemen dari PKR mengundurkan diri dan membentuk blok independen baru.
Keluarnya 11 anggota parlemen tersebut membuat koalisi Pakatan Harapan kekurangan suara mayoritas di Parlemen yang artinya pemerintahan Malaysia saat ini sudah efektif jatuh.
Keluarnya 11 anggota parlemen dari PKR  merupakan langkah politik taktis guna menggagalkan janji transisi Pakatan Harapan, dimana Anwar Ibrahim seharusnya menggantikan Mahathir Muhammad  sebelum Pemilu 2023.
Bola politik kini ada ditangan Yang Di Pertuan Agung Tengku Abdullah Raja Malaysia ke 16. Jika menerima pemgunduran diri Mahathir maka Wakil Perdana Menteri Wan Azizah Wan Ismail akan menggantikannya.
Jika menolak maka Mahathir akan tetap menjadi PM dengan dukungan dari koalisi baru yang dinamai Perikatan Nasional.
Yah begitulah politik tak ada pertemanan yang abadi, yang abadi itu cuma kepentingan.
Mari kita saksikan bersama drama politik negeri jiran yang sangat menarik ini.
Sumber.
cnnindonesia.com (1)
cnbcindonesia.com (2)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H