Di jalan Kelapa Molek misalnya ketinggian air sudah mencapai 60 cm. Ya kira-kira setinggi pinggang orang dewasa.
Seluruh kejadian banjir ini diyakini karena derasnya hujan yang terjadi sejak tadi malam. Kondisi seperti ini seperti biasa akan di seret-seret ke urusan politik.
Sisa-sisa panasnya Pilkada DKI tahun 2017 masih ada sampai saat ini. Ya ini akibat saling menyalahkan terutama apabila terjadi musibah terjadi seperti banjir ini.
Tentunya kita semua masih ingat cuitan seorang ulama terkenal karena cara penyampaian dakwahnya sangat menyejukan, AA Gym.
Saat itu Ahok  masih menjadi Gubernur DKI Jakarta, AAGym lewat akun Twitternya memyambungkan kondisi banjir dengan sikap Ahok yang terkesan arogan.
Tentu saja hal itu akan dibalas oleh para pendukung Ahok, saat Anies Baswedan yang kemudian menjadi Gubernurnya.
Saat banjir terjadi ramai-ramai mereka mem-bully berbagai ucapan dan tindakan Anies dalam menangani banjir. Seperti kejadian beberapa hari lalu saat kawasan Senayan dilanda banjir.
Masalah redaksi penyampaian kondisi banjir pun dipermasalahkan. Genangan dan banjir pun dianggap sebagai kata yang berbeda dan sangat perlu untuk diperdebatkan.
Aneh saja sih sebenarnya toh esensinya ya sama saja, apalagi belum ada standar yang jelas, setinggi apa air yang bisa disebut banjir. Dan setinggi apa air kita sebut sebagai genangan.
Yang jelas air berada di tempat tak seharusnya berada dengan kondisi dan tinggi tertentu merendam wilayah tersebut.
Situasi seperti ini sebenarnya sangat tidak sehat, harapannya sih sudahilah omong kosong seperti itu. Mari kita sama-sama bersatu untuk mengurangi dampak banjir.