Naik turunnya upah pekerja ini akan mempengaruhi inflasi di AS. Apabila tingkat pengangguran tinggi maka inflasi akan rendah.Namun jika tingkat pengangguran rendah maka sudah dapat dipastikan inflasi akan tinggi.
Seperti diketahui, inflasi normalnya akan terjadi salah satunya karena jumlah uang beredar lebih banyak.Â
Pengangguran tinggi akan membuat upah per jam turun, uang beredar pun ikut turun karena upah yang diberikan kepada para pekerja juga turun. Dan hal sebaliknya terjadi jika tingkat pengangguran rendah.
Selain itu, Federal Reserve atau Bank Sentralnya AS bisa menentukan arah kebijakan moneternya melalui besaran upah per jam ini.
Saat pertumbuhan upah melambat, berarti terlihat bahwa aktivitas produksi sedang lesu. Output berkurang, pertumbuhan ekonomi melambat, dan ini bisa menjadi salah satu pertimbangan dalam pengambilan kebijakan moneter.
Itulah makanya karena sistem upah per jam ini membuat ekonomi makro AS lebih simetris dan lebih mudah di analisis.
Selain itu, upah per jam bagi pekerja, akan lebih memudahkan pengusaha dalam mengeksekusi kondisi bisnis terkini.Â
Jika situasi ekonomi sedang lesu, permintaan menurun, maka mereka tinggal menurunkan produksinya dengan mengurangi jam kerja para pekerjanya.
Dan ongkos produksi pun menjadi turun karena mereka membayar pekerja sesuai jam mereka bekerja. Â
Nah ini berbeda dengan sistem upah bulanan seperti yang saat ini digunakan di Indonesia, mau produksi turun ya mereka harus bayar pekerjanya selama sebulan penuh walaupun mereka hanya bekerja 10 hari misalnya.
Komponen perhitungan upah per jam yang ditetapkan tentu saja sudah menghitung berbagai variabel kebutuhan pekerja. Termasuk di dalamnya uang makan dan transportasi. Diluar benefit, seperti jaminan kesehatan, bonus, dan tax allowance misalnya.Â