Mohon tunggu...
Efwe
Efwe Mohon Tunggu... Administrasi - Officer yang Menulis

Penikmat Aksara, Ekonomi, Politik, dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Perdebatan Tahunan "Selamat Natal"

25 Desember 2019   16:44 Diperbarui: 25 Desember 2019   17:01 255
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hari ini seluruh umat Nasrani di seluruh dunia merayakan Hari Natal yang dipercaya oleh mereka sebagai hari kelahiran Isa Almasih. 

Begitu pun di Indonesia, umat Kristiani sejak tadi malam, Selasa (24/12/19) sudah mulai merayakan prosesi Natal dengan menghadiri Misa malam Natal yang biasanya di mulai jam 18.00, hingga Misa Natal di pagi hari tanggal 25 Desember. 

Syukurlah sampai saat ini kondisi perayaan Natal aman terkendali, tak ada halangan dan kejadian apapun. Masyarakat dan pihak keamanan bahu membahu memastikan keamanan dan kenyamanan saudara-saudara kita umat Kristiani beribadah. 

Namun yang menarik adalah perdebatan seputar partisipasi umat muslim dalam mengucapkan "Selamat Hari Natal" kepada yang merayakannya. 

Hal itulah yang selalu terjadi menjelang Hari Natal, sangat khas dan selalu terjadi di Indonesia paling tidak dalam 10 tahun belakangan atau jika di tarik lebih mundur mungkin 20 tahun ke belakang, pasca reformasi. 

Karena seingat saya, waktu kecil hingga remaja tahun 90-an perdebatan mengenai ucapan Selamat Natal jarang sekali atau bahkan tak pernah terjadi. 

Sebelah rumah saya beragama Nasrani, jika Natal tiba kami, saya dan orang tua mengucapkan Selamat Hari Natal, dan mereka biasanya mengirimi kami kue-kue Natal. 

Begitu pun sebaliknya, jika Idul Fitri mereka datang ke rumah kami seraya mengucapkan Selamat Idul Fitri Minal Aidzin Wal Faidzin, ujar mereka. Dan kami pun mengirimi mereka kerupat dan berbagai penganan Lebaran. 

Asyik sekali kehidupan kala itu, toleransi begitu lekat dengan kehidupan sehari-hari kita. Namun seiring berubahnya jaman, waktu bergulir, cara beragama pun mulai sedikit bergeser, sampai akhirnya mengucapkan Selamat Natal pun menjadi perdebatan tahunan. 

Diskursus perdebatannya ya tak pernah berubah juga dari itu ke itu. Mengucapkan Natal dikhawatirkan akan merusak Aqidah itu keyakinan sebagaian orang yang tak mau mengucapkan Selamat Natal. 

Selain itu mengucapkan Selamat Natal berarti memberikan pengakuan tentang keberadaan Tuhan Yesus, yang artinya itu sesuatu yang sangat dilarang menurut agama Islam. 

Seperti yang dituturkan Haikal Hasan, "Dalam perspektif Islam, yang tidak diizinkan itu adalah mengakui, mengakui bahwa perayaan itu adalah untuk merayakan lahirnya yang dipercaya oleh pihak saudara-saudara kita yang berumat Kristiani itu sebagai Tuhan atau Anak Tuhan. Karena Yesus dalam pandangan Kristen, Protestan maupun Katolik, Tuhan atau Anak Tuhan," kata Haikal seperti yang saya kutip dari BBC.com 

Di lain pihak, banyak pula yang menyatakan bahwa mengucapkan Selamat Natal menjadi sangat penting bagi terciptanya toleransi antar umat beragama. 

Dan sama sekali tak berhubungan dengan aqidah, toh dengan mengucapkan selamat natal tak akan menjadikan si pengucap menjadi berkurang keimanannya terhadap Allah SWT. 

Perdebatan yang terjadi dari itu ke itu saja setiap tahunnya tanpa ada solusi apapun. Akhirnya saling serang dan saling bully terjadi setiap menjelang Natal. 

Kedua kubu menganggap kelompoknya masing-masing paling benar. Padahal kalau menurut saya sih, jika memang mau mengucapkan selamat natal ya silahkan saja, dan enggak perlu merasa paling toleran. 

Karena ukuran toleransi bukan cuma mengucapkan Selamat Natal, dan bagi pihak yang beranggapan mengucapkan Natal itu merupakan pelanggaran terhadap Agamanya, tak perlu juga mengucapkan kata-kata merasa diri paling benar dan paling berhak atas kebenaran. 

Dengan mudah menunjukan bahwa pengucap selamat natal itu calon penghuni neraka. Mau mengucapkan selamat atau tidak itu kembali ke pribadi masing-masing tak perlu saling menjelekan.

Sumber: bbc.com.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun