Pemanasan global bukan lagi ancaman yang jauh di masa depan. Pemanasan global adalah ancaman yang sudah mulai dirasakan sampai sekarang, memang benar pemanasan global saat ini tidak terlalu menjadi problematika di kaum awam, tetapi pemanasan global merupakan ancaman yang sangat besar bagi mereka yang mengetahui akan awal pemanasan global dan dampak yang akan dirasakan di masa yang akan datang.
Mungkin Dua atau tiga tahun pemanasan global akan menjadi hal yang umum untuk di bicarakan tanpa berfikir untuk mencegah dan menghentikannya. Lima tahun atau bahkan sepuluh tahun yang akan datang, Pemanasan global akan menjadi problem yang besar. Sepuluh tahun yang akan datang, kita akan sangat merasakan dampak sebenarnya dari pemanasan global yang sangat membahayakan. Bahkan akan bahayanya pemanasan global, kita akan sangat kesulitan untuk mencegah dan menghentikannya.
Pemanasan global adalah permasalahan dunia, bukan hanya permasalahan setiap negara. Pemanasan global tidak dapat dihentikan oleh beberapa negara saja, tetapi harus di hentikan dengan kerja sama setiap negara. Mengangkat permasalahan pemanasan global merupakan salah satu cara agar dunia sadar akan bahaya pemanasan global. Sehingga setiap negara akan sadar bahaya yang mengancam dari pemanasan global.
Aktivitas-aktivitas seperti pembakaran bahan bakar fosil (batubara, minyak, dan gas), deforestasi, serta praktik pertanian dan industri yang tidak ramah lingkungan serta penggunaan kendaraan prbadi yang telah menjadi kebiasaan manusia yang telah meningkatkan konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer, terutama karbondioksida (CO2) , metana (CH4), dan nitrous oxide (N2O).
Gas gas ini memerangkap panas di atmosfer, sehingga menyebabkan efek rumah kaca yang mengakibatkan pemanasan global. Oleh karena itu langkah serius untuk menekankan perubahan iklim diperlukan karena jika kita lihat secara luas dampak dari ancaman pemanasan global memang sudah tidak bisa diabaikan. Dilansir buku global warming  for beginer karya Dadang Rusbiantoro, pada tanggal 24 sampai 31 Agustus 2005, Lousiana Mississippi and Alabama dihantam badai katrina yang merupakan badai terbesar di abad ini. Empat hari sesudahnya, kawasan New Orleans dan sekitarnya dilanda banjir yang cukup dahsyat dan memporakporandakan hampir selruh kota yang sangat padat penduduk. Lebih dari 10 ribu orang dinyatakan tewas, sementara setengah juta jiwa kehilangan tempat tinggal dan rumah-rumah ikut terhanyut gelombang air laut.
Kerugian mencapai 200 milyar dalam menanggulangi bencana alam ini, pemerintah Amerika Serikat dinilai cukup lamban atau tidak mampu menangani krisis yang ada, sehingga gagal menekan angka korban dan kerugian yang ditimbulkan oleh badai katrina biarpun pemerintah Amerika telah mengerahkan 25.000 prajurit dan para veteran dari Irak untuk menjaga keamanan di New Orleans dan sekitarnya. Bahkan banyak orang Amerika menilai adanya faktor diskriminasi ras dalam keterlambatan penanggulangan bencana ini. Seperti yang kita ketahui selama ini bahwa sebagian besar penduduk New Orleans adalah kaum kulit hitam.Â
Akibatnya, terjadi penjarahan, penodongan, pembunuhan, dan bahkan pemerkosaan di berbagai tempat. Di lokasi-lokasi pengungsian, para pengungsi sudah jatuh masih tertimpa tangga. Mereka sudah menderita akibat kekurangan makanan dan air bersih, tapi mereka juga harus berhadapan dengan para penjahat yang tidak bisa kendalikan lagi oleh para petugas keamanan. Selain itu, produksi minyak mentah AS di Teluk Meksiko juga hampir terhenti seluruhnya, sehingga harga minyak sempat mencapai rekor tertinggi pada US$70.Â
Banyak orang yang tidak menyangka jika bencana sedahsyat badai Katrina bisa terjadi di Amerika Serikat yang notabene adalah negara superpower dengan tehnologi canggih yang mampu memprediksi pergerakan badai ini melalui satelit. Tapi kenyataan berbicara lain, tidak banyak yang bisa dilakukan pemerintah Amerika Serikat untuk mencegah terjadinya bencana alam ini, biarpun para ilmuwan sudah mampu memprediksi akan terjadinya badai Katrina sejak dini. Salah satu orang yang dikambing hitamkan adalah Joe Allbaugh yang tidak lain adalah Direktur Agen Federal Managemen Bencana (FEMA).
 Sayang Allbaugh sama sekali tidak memiliki pengalaman dalam menangani bencana alam seperti badai Katrina ini karena dia adalah kroni George Bush di Texas. Pada tahun 2003, Joe Allbaugh tahun 2003 meninggalkan jabatannya sebagai direktur FEMA untuk melakukan bisnis rekonstruksi di Irak dan digantikan oleh Michael Brown. Tidak jauh berbeda dengan Allbaugh, Michael Brown ini juga tidak berpengalaman sama sekali dalam masalah manajemen bencana. Akhirnya Michael Brown adalah orang yang paling dikorbankan dalam ketidakbecusan FEMA mengantisipasi badai Katrina ini.
Sesungguhnya di tahun 2001, FEMA telah memprediksi kemungkinan serangan badai Katrina atau 4 tahun sebelum badai Katrina terjadi. Namun fungsi FEMA dialihkan untuk menangani masalah terorisme. FEMA juga menolak permintaan dari negara bagian Louisiana untuk mengucurkan dana antisipasi badai Katrina yang sudah diprediksi sejak tahun 2001 itu. Yang lebih gila lagi, dana untuk membangun bendungan di New Orleans telah dialihkan untuk perang Irak.
Sejak saat itu, orang mulai bertanya-tanya apa yang sedang terjadi di bumi saat ini. Apakah ini hanya gejala El Nino biasa atau memang sebuah efek domino dari perubahan iklim yang sangat cepat. Apakah badai Katrina ini hanya sebuah siklus alam yang biasa terjadi beberapa tahun sekali atau memang bumi sedang mengalami perubahan iklim yang tidak dapat diprediksi. Apakah badai Katrina ini hanya akan terjadi sekali saja atau kemungkinan akan terjadi berulang kali.
Banyak kalangan anak muda terutama generasi millenial yang sudah mengerti akan dampak pemanasan global yang sangat mengancam dunia. Faktor teknologi sangat berpengaruh akan penyebaran berita ancaman pemanasan global ini sangat berdampak positif dalam rangka mengajak kalangan anak muda dalam mencegah dan menghentikan pemanasan global. Kesadaran Kalangan anak muda mungkin bisa menjadi penyebab awal dari pencegahan pemanasan global. Badan Pusat Statistik (BPS) merilis data statistik yang mengungkapkan komposisi penduduk Indonesia berdasarkan kelompok umur. Data ini merupakan hasil rilis dari Sensus Penduduk 2020. Data ini memberikan penjelasan lebih mendalam tentang struktur generasi Indonesia di masa depan.
Dalam data yang dirilis tersebut, Generasi Z yang lahir antara tahun 1997 hingga 2012 mendominasi dengan jumlah sekitar 74,93 juta jiwa, atau 27,94% populasi. Generasi ini masih berada dalam usia muda hingga remaja awal. Dominasi ini memberikan harapan akan potensi kemajuan dan perubahan di masa depan. Ini yang menjadi alasan anak muda harus paling lantang menekan pemerintah agar bertindak cepat dalam mencegah pemanasan global. Karena dengan bergeraknya anak muda dalam menyuarakan ancaman pemanasan global, kemungkinan besar suara yang di Lantangkan akan terdengar oleh pemerintah dan membuat pemerintah bergerak cepat dalam mencegah pemanasan global di seluruh dunia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H