Sebagaimana yang kita ketahui bersama bahwa filosofi pratap triloka merupakan konsep pendidikan yang diusung oleh Ki Hadjar Dewantara, yaitu Ing ngarso sung tulodo berarti dari depan memberi teladan, Ing madya mangun karso yaitu dari tengah memberi motivasi agar bisa membangun semangatnya sendiri dan Tut wuri handayani yaitu dari belakang memberi dorongan.Â
Hal ini sejalan dengan fungsi seorang guru yang memberikan contoh teladan yang baik bagi murid-muridnya, memberikan motivasi saat mensejajarkan diri dengan murid serta memberi dorongan agar berani berbuat dan bertanggung jawab. Semua itu akan sangat mempengaruhi seorang guru dalam mengambil keputusan dalam pembelajaran, baik di dalam kelas maupun di luar kelas.
Setiap guru akan mengalami permasalahan-permasalahan, baik berupa dilemma ataupun bujukan moral yang mana guru harus mampu mengambil keputusan terbaik yang berpihak pada murid. Apapun yang terjadi dan apapun keputusan yang diambil, guru harus selalu mengutamakan kepentingan murid dan selalu memperhatikan filosofi pratap triloka dari Ki Hadjar Dewantara.
Setiap kita, tumbuh dan berkembang di lingkungan yang berbeda-beda dan akan memberikan prioritas terhadap suatu nilai personal yang berbeda pula. Nilai-nilai ini dibentuk oleh nilai-nilai yang  dianut oleh lingkungan kita, terutama keluarga inti dimana kita dibesarkan.Â
Nilai-nilai itulah yang kita bawa sampai hari ini yang mungkin akan berubah saat dipengaruhi oleh nilai-nilai yang lebih mempengaruhi dari luar, seperti nilai-nilai universal yang dianut oleh seluruh manusia.Â
Dengan demikian saat kita dihadapkan dalam upaya pengambilan keputusan akan dipengaruhi oleh nilai-nilai yang telah kita anut berpuluh-puluh tahun dan kita yakini kebenarannya dan ada kalanya akan dipengaruhi  pula oleh lingkungan saat pengambilan keputusan. Baik berupa intimidasi, ataupun reward.
Pengambilan keputusan bisa menjadi efektif apabila didahului oleh proses coaching. Coaching merupakan suatu tindakan pendampingan kepada murid agar mereka mampu mengambil keputusan dan bertanggun jawab terhadap keputusan yang mereka ambil tersebut. Tentu saja kalau kita punya cukup  waktu untuk menunggu proses coaching.Â
Sebelum kita mengambil keputusan, kita bisa menggunakan 9 langkah dalam pengambilan keputusan seperti yang dijelaskan dalam buku How good people make tough choices oleh Rusworth M.Kidder (1995) yang salah satunya adalah tahapan pengumpulan fakta-fakta yang relevan. Dalam proses coaching, kita bisa mengumpulkan banyak  fakta-fakta yang bisa kita jadikan pertimbangan dalam pengambilan keputusan.
Sebelum melakukan pengambilan keputusan, guru harus menyadari sepenuhnya (mindfulness) keadaan dirinya termasuk kondisi sosial-emosional pribadinya. Seorang guru harus mampu membaca situasi dan kondisi yang bisa mempengaruhi dalam pengambilan keputusan.Â
Misalnya saat seorang guru dalam kondisi sedih, guru tersebut harus menenangkan diri dulu hingga memperoleh kesadaran diri. Setelah itu baru memperhatikan sekitar, membaca fakta-fakta yang  ada dengan kesadaran sosial dengan memunculkan empati sehingga pandangan jadi lebih jernih dalam pengambilan keputusan nantinya.
Kasus moral atau etika akan kembali kepada nilai-nilai yang  dianut oleh seorang pendidik apabila pendidik tersebut berperan sebagai pengambil keputusan tunggal dan memiliki wewenang penuh terhadap keputusan tersebut.