Mohon tunggu...
afri rahmat
afri rahmat Mohon Tunggu... Guru - Guru Muda

S 1 PGSD

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pelaksanaan Coaching di Sekolah Dasar

2 April 2022   22:16 Diperbarui: 2 April 2022   22:18 2004
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Coaching merupakan istilah dalam bahasa inggris yang diintegrasikan ke dalam istilah sebuah kegiatan bimbingan atau tuntunan kepada seseorang agar dapat menemukan solusi dari permasalahannya sendiri sehingga bisa memaksimalkan potensi yang ada dalam diri seseorang tersebut. Pengertian tersebut dirangkum melalui sebuah kegiatan pendidikan guru penggerak dalam sesi elaborasi pemahaman bersama instruktur, Anastasia Ang, pada hari Jumt, 3 April 2022.

Dalam prosesnya, coaching terdiri dari pemberi coaching yang disebut coach dan yang menerima coaching yang disebut coachee. Kegiatannya berupa proses Tanya jawab mendalam mengenai apa yang dialami oleh coachee dengan model tahapan yang disebut dengan TIRTA.

TIRTA merupakan akronim dari proses atau tahapan dalam kegiatan coaching, yaitu : T, kepanjangan dari Tujuan utama. Maksudnya adalah terlebih dahulu, coachee atau coach bisa menentukan apa tujuan dari kegiatan yang mereka lakukan tersebut. Selanjutnya adalah I, merupakan singkatan dari Identifikasi. Adapun yang perlu diidentifikasi adalah permasalahan apa yang dihadapi oleh coachee dan mengumpulkan sebanyak mungkin informasi yang dibutuhkan untuk mendapatkan titik terang atau kejelasan dari permasalahan tersebut. Dalam mengidentifikasi, kita membutuhkan kemampuan komunikasi yang baik terutama dalam hal keterampilan bertanya. Pertanyaan yang baik akan memantik potensi coachee dan bisa melihat permasalah secara keseluruhan sehingga mampu menyelesaikan masalahnya sendiri.

Tahapan selanjutnya adalah R, merupakan singkatan dari Rencana aksi yang akan dilakukan oleh coachee dalam menyelesaikan permasalahannya. Dalam hal ini, terdapat kemandirian dan semangat dalam diri coachee dalam menyelesaikan permasalahannya karena mereka sendiri yang menentukan rencananya dan langkah. Yang terakhir adalah TA, adalah singkatan dari Tanggung jawab. Setelah proses coaching dilakukan, diharapkan coachee bertanggung jawab dengan langkah-langkah yang akan diambilnya dan menentukan siapa saja yang  akan membantunya dalam menyelesaikan masalah tersebut.

Kegiatan coaching telah dipraktekkan di berbagai Negara dan berhasil. Di Indonesia mungkin sudah banyak yang melaksanakan, namun bentuk, nama dan pelaksananya berbeda-beda. Hanya saja di Indonesia belum diterapkan secara eksplisit dalam kurikulum. Pelaksanaannya hanya berdasarkan kemauan, kemampuan dan kesempatan yang dimiliki oleh guru. Sehingga coaching tersebut baru bisa dilaksanakan di sebagian sekolah.

Mengingat pentingnya kegiatan coaching ini, sudah sepatutnya kita menerapkannya di semua sekolah di seluruh Indonesia. Beruntung sekarang ada kegiatan guru penggerak yang menyebarkan kegiatan coaching ini ke seluruh Indonesia.

Menurut Anastasia Ang, kegiatan coaching ada dua macam, yaitu coaching formal dan informal. Coaching formal dilaksanakan berdasarkan keinginan coachee sendiri yang ingin dicoach. Dilaksanakan selama 4 kali pertemuan. Satu kali pertemuan memiliki durasi 45 menit. Posisi duduk diatur sedemikian mungkin dan membutuhkan ruangan khusus. Selanjutnya adalah coaching informal yaitu kegiatan coaching yang  tidak membutuhkan proses, waktu dan tempat khusus. Kegiatannya mengalir serta bisa dimana saja dan kapan saja.

Di sekolah dilaksanakan jenis coaching yang kedua yaitu coaching informal. Hal tersebut dikarenakan banyak factor. Diantaranya adalah kemampuan murid-murid di Indonesia secara umum belum mampu mengungkapkan perasannya dengan baik serta membutuhkan keramahan dan 'penarikan' dari gurunya. Yang saya maksud penarikan disini adalah kalau diibaratkan seseorang yang tidak sadar akan tenggelam ke dalam pasir hisap dan seseorang lainnya menawarkan bantuan dan menariknya keluar dari pasir tersebut. Guru adalah sebagai penarik murid yang kalau dibiarkan saja, maka dia akan tenggelam dengan masalahnya dan semakin larut sehingga sulit untuk mengembangkan potensinya.

Bagaimana pelaksanaanya di sekolah dasar? Kegiatan ini memiliki perbedaan sendiri dengan pelaksanaan dengan kelas lain yang lebih tinggi atau tingkat taman kanak-kanak. Dengan karakteristik peralihan dari balita ke anak-anak, mereka tidak boleh diperlakukan seperti orang dewasa. Tahapan coaching model TIRTA yang bisa dilaksanakan di SD sebagai berikut.

T, Tujuan utama. Dalam menentukan tujuan utama, mungkin agak kesulitan kita meminta sendiri murid yang menentukan. Oleh karena itu guru berinisiatif menyebutkan beberapa pilihan tujuan dari kegiatan coaching tersebut. Misalnya, setelah memanggil murid untuk mengajaknya berbicara dari hati ke hati, maka guru bisa mengatakan, "kira-kira setelah kamu bicara dengan bapak seperti ini, kamu mau rajin belajar lagi?". Setelah itu kita melanjutkan ke tahapan berikutnya yaitu I, Identifikasi permasalahan. Dengan kemampuan komunikasi dan bertanya yang baik, seorang guru bisa menggali banyak informasi dari coachee sehingga dia mau terbuka. Situasi yang diciptakan oleh guru harus nyaman, penuh kasih sayang dan saling percaya. Kunci utama dalam proses komunikasi dengan coachee adalah berusaha menjadi pendengar yang baik dan tidak memvonis. Tahapan selanjutnya adalah R, yaitu Rencana aksi yang akan dilakukan oleh coachee. Kita bisa menanyakan apa saja yang bisa dilakukan oleh coachee untuk bisa menghadapi permasalahan yang dihadapinya. Tahapan yang terakhir adalah TA, yaitu tanggung jawab yang diharapkan dari coachee. Kita meminta komitmen apa yang  bisa dikatakannya untuk menjalankan rencana aksinya dalam menyelesaikan masalah. Kita juga bisa menanyakan siapa saja yang  akan dimintai bantuan dalam menjalankan rencana aksinya tersebut.

Dalam melaksanakan coaching ini pastinya tidak mungkin akan berhasil dalam satu atau dua kali kegiatan. Banyak refleksi yang  dibutuhkan dalam melaksanakan kegiatan tersebut. Setiap tindakan, perkataan dan aksi yang dilakukan harus dicatat dan dijadikan bahan refleksi secara seksama. Dengan perubahan zaman, teknologi dan kebiasaan manusia saat ini, kita sebagai guru juga harus mampu beradaptasi dalam melaksanakan proses coaching. Bisa saja kebiasaan murid kita saat ini akan berbeda dengan kebiasaan murid kelas yang sama saat 10 atau 20 tahun kedepan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun