Sungguh statemen ini wujud sikap inferior akut. Bagaimana mungkin negara berdaulat sebesar Indonesia khawatir akan masa depannya akibat pergantian pemimpin di negara lain? Khawatir tidak disukai oleh pemimpin negara lain? hanya gara-gara kehadiran pimpinan dan anggota DPR dalam sebuah konferensi pers bakal kandidat, sekali lagi bakal kandidat Presiden AS.
Padahal publik Amerika pun nyaris tidak peduli dengan pertemuan tersebut. Tidak akan ada efek bagi mereka pertanyaa tricky dari DT, tentang disukai dirinya di Indonesia. Tidak ada efek bagi publik AS dengan statemen DT bahwa seorang Pimpinan DPR yang berpengaruh dari negara yang powerfull menemui dirinya.
Warga AS tidak akan terpengaruh dan menjadikan pertemuan tersebut sebagai salah satu alasan mereka memilih Presiden AS, karena mereka merasa superior, memiliki kebangaan dan kepercayaan diri yang tinggi sebagai sebuah bangsa yang tidak dapat didikte bangsa lain.
Melebih-lebihkan pertemuan tersebut makin memperlihatkan kita ini sebagai bangsa Inferior. Apalagi jika kita mau sejenak melihat kebelakang saat Pilpres yang lalu.
Pada Pilpres yang lalu capres Joko Widodo (yang kini Presiden) mengadakan pertemuan dengan Duta Besar AS dan beberapa negara lain. Dan itu juga menjadi keributan saat itu.
Banyak pihak mengkhawatirkan Jokowi sedang meminta dukungan sambil menawarkan sesuatu pada Dubes yang ditemui. Banyak pihak khawatir Indonesia nanti akan dipengaruhi negara-negara tersebut jika Jokowi berkuasa. Dan anehnya saat dubes tersebut menemui Jokowi, yang sudah secara resmi jadi Calon Presiden Indonesia, di AS tidak terjadi keributan, tidak terjadi kekhawatiran, pemerintah AS akan memihak salah satu calon. Tidak ada kekhawatiran nanti hubungan Indonesia-AS akan rusak jika yang menang pilpres bukan Jokowi.
Dari dua kejadian tersebut, terlihat betapa inferior nya kita, selalu merasa bangsa lain bisa mendikte kita, bisa mempengaruhi kehidupan bangsa ini dan kelangsungan negara ini. Dan kita dengan bangga meributkannya, bangga mengabarkan keseluruh dunia kita inferior.
Hemat saya, jika program Revolusi Mental yang didengung-dengungkan Jokowi itu memang ada, maka sesegera mungkin merevousi mental Inferior ini menjadi mental superior perlu diprioritaskan.
Jika tidak, selamanya mungkin kita merasa jadi bangsa yang nasib nya ditentukan bangsa lain. Atau jangan jangan memang begitu ? atau jangan jangan yang inferior ini hanya para pemimpin bangsa saat ini saja? karena belum kapasitas mereka jadi pemimpin. #Entahlah
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H