Mohon tunggu...
Ferry Koto
Ferry Koto Mohon Tunggu... wiraswasta -

Seorang Usahawan, Memimpikan Indonesia Yang Berdaulat, Yang bergotong Royong untuk Mandiri dan Bermartabat

Selanjutnya

Tutup

Politik

Mengingat Bung Hatta dengan Cara Hatta

27 September 2015   21:40 Diperbarui: 14 Maret 2020   15:35 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bung Hatta (dari sampul buku Hatta)

Bagi Hatta, sikap feodalistik, merasa berhak dilayani rakyat bahkan mengambil “upeti” dari rakyat adalah bentuk lain dari penjajahan. Maka tidak heranlah kemudian, Hatta yang pernah menjadi Wakil Presiden, pernah jadi Perdana Menteri, tetap saja hidup sederhana sama dengan kesederhanaan yang harus dialami oleh sebagian besar rakyatnya. 

Tidaklah mengherankan kemudian setelah Hatta pensiun dari kekuasaan, melepaskan semua jabatannya, kehidupan Hatta tidak jauh berbeda dari kebanyakan rakyat Indonesia.

Hatta adalah representasi sosok yang selaras kata dan perbuatannya. Hingga akhir hayatnya, Hatta tidak pernah mengambil apa yang bukan haknya bahkan jikapun sesuatu itu haknya tapi diambilkan dari sesuatu milik rakyat, Hatta pastilah akan menolaknya.

Karena mengambil apa yang seharusnya digunakan untuk rakyat dan menyerahkan kepada seseorang, pada elit, walau sebesar apapun jasa orang tersebut adalah sikap feodalistik yang dia tentang sama kerasnya dengan kolonialism.

Dengan memahami apa yang jadi perjuangan Hatta dan makna kemerdekaan yang diyakini Hatta, maka segala yang dilakukan untuk mengenang Hatta, mengingat perjuangannnya, harus lah tidak kehilangan Ruh Hatta.

Mengisahkan Mohammad Hatta dengan cara yang ditentang oleh Hatta sama saja mengkhianati perjuangan Hatta dan mengabaikan prinsip nilai perjuangan Hatta.

—–000—–

Pembuatan film Bung Hatta, tentulah layak didukung karena demikian banyak pelajaran yang bisa diambil dari jalan hidup Hatta, dari perjuangannya dan dari sikap perilaku selama hidupnya. Kesempurnaan sosok Hatta sangat layak jadi suri tauladan bagi generasi muda Indonesia saat ini bahkan masa mendatang.

Hemat saya, memfilmkan Hatta, yang tentu butuh pembiayaan yang tidak sedikit, janganlah sampai melanggar apa yang jadi prinsip hidup Hatta, apa yang diperjuangkannya hingga akhir hayatnya. Dan mendanai pembuatan film tersebut dari APBD yang seharusnya bisa digunakan untuk kepentingan rakyat sangatlah bertentangan dengan prinsip Hatta.

Masih banyak jalan lain tanpa perlu menggunakan APBD untuk membuat Film Hatta, termasuk untuk menayangkannya secara gratis pada rakyat Indonesia. Diantaranya dengan jalan yang selama ini diajarkan Hatta, yaitu bergotong royong.

Bagi kalangan yang beruntung menikmati kemerdekaan yang dulu diperjuangkan Hatta, tentu tidak akan berkeberatan ikut menyisihkan sedikit dananya mewujudkan film Hatta ini. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun