Mohon tunggu...
Ferry Koto
Ferry Koto Mohon Tunggu... wiraswasta -

Seorang Usahawan, Memimpikan Indonesia Yang Berdaulat, Yang bergotong Royong untuk Mandiri dan Bermartabat

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

KSO, Menyelamatkan Merpati?

25 Februari 2014   18:43 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:29 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1393302886614648308

[caption id="attachment_297306" align="aligncenter" width="560" caption="Pesawat Merpati (sumber gambar Merpati)"][/caption]

Tahun 2014 ini,kondisi maskapai penerbangan PT Merpati Nusantara Airlines (MNA)dengan hutang yang menumpuk hingga Rp 6,7 Trilyun, semakin terpuruk dan tidak menentu. Ditambah dengan semakin tidak jelasnya realisasi atas rencana swap hutang Merpati ke pemerintah dan BUMN menjadi penyertaan saham. Karyawan dan Direksi pun sudah tidak mendapatkan gaji sejak 2 bulan lalu.

Pemerintah melalui Menteri BUMN memiliki rencana terbaru untuk penyelamatan Merpati, yaitu melalui Kerjasama Operasi (KSO) dengan pihak swasta untuk mengelola usaha Merpati.

KSO adalah suatu bentuk kerjasama dari dua pihak atau lebih untuk melakukan suatu usaha secara bersama dengan memanfaatkan Asset dan atau hak usaha yang dimiliki dan bersama sama menanggung resiko usaha tersebut. Dalam KSO ada pihak yang memiliki asset/hak usaha dan pihak lain adalah yang memiliki Modal atau dikenal sebagai investor. KSO dapat dijalankan dengan membentuk badan hukum baru yang terpisah dari badan hukum para peserta KSO, dan badan hukum inilah yang mengendalikan usaha bersama tersebut atau tidak membentuk badan hukum baru tapi menjalankan dengan pengendalian bersama.

Keuntungan untuk Merpati

KSO yang dipilih dalam skema penyelamatan Merpati ini adalah KSO dengan membentuk entitas hukum atau persero baru ( Anak Usaha, memakai istilah pemerintah). Dimana Merpati akan menyerahkan assetnya baik berupa pesawat dan pendukung operasi lainnya serta izin usaha penerbangan yang dimiliki ke anak usaha baru tersebut sementara investor akan menyediakan modal untuk menanggung biaya usaha dari anak usaha tersebut.

Untuk kasus merpati yang diambang kehancuran, sepertinya ini adalah solusi yang menguntungkan. Merpati tidak perlu berhutang agar bisa tetap mencangkul, tidak perlu menjual cangkulnya untuk membayar gaji para karyawannya. Artinya semua kebutuhan dana agar Merpati tetap bisa terbang, tetap beroperasi, akan dipenuhi oleh investor. Merpati tidak perlu khawatir lagi tidak dilayani oleh Pertamina misal, untuk menyediakan Avtur, sebagaimana keputusan Pertamina yang tidak akan menghutangi lagi Avtur Merpati yang sudah mencapai Rp163milyar.

Merpati juga akan diuntungkan, dimana persero baru akan tenang beroperasi karena tidak ada kewajiban dan tagihan tagihan yang harus ditanggung persero/anak usaha baru tersebut. PT Merpati Nusantara Airlines sebagai induk usaha tinggal menerima hasil usaha dari Persero baru tersebut.

Keuntungan untuk Investor

Bagi investor khususnya yang berambisi memiliki bisnis penerbangan di Indonesia, kerjasama dengan sistem KSO ini sangat menguntungkan. Apalagi bisnis penerbangan di Indonesia sedang tumbuh luar biasa, jumlah penumpang mengalami kenaikan setiap tahun. Menurut Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kemenhub Harry Bakti S Gumay pada desember 2013 lalu, diperkirakan tahun 2014 jumlah pengguna pesawat di Indonesia akan tembus 100 juta orang. Sebuah bisnis yang menjanjikan dan akan sangat menguntungkan. Namun untuk masuk ke bisnis ini tidak mudah, butuh modal yang tidak sedikit khususnya dalam pengadaan pesawat, juga izin yang tidak mudah. Dengan adanya KSO Merpati ini, membuka jalan bagi investor masuk di industri penerbangan dengan jauh lebih ringan dan mudah.

Praktis investor hanya akan menyediakan dana untuk kebutuhan operasional pesawat saja,  plus operasi usaha kedepan. Dari hitungan sederhana saja, investor pasti untung, karena cukup mengendalikan beban biaya operasional dan menyesuaikan dengan harga jual produk (ticket penumpang, angkutan cargo, dll) tidak memikirkan beban bunga hutang persero, dan beban kewajiban lainnya. Bandingkan jika investor harus masuk ke Merpati dengan jalan membeli saham Merpati atau mengakuisisi misalnya, apalagi sudah diketahui khalayak bahwa asset Merpati untuk menutupi hutangnya saja kurang !

Apakah Menguntungkan untuk PT. Merpati kedepan ?

Saya meragukan sistem KSO akan menyelesaikan masalah Merpati jangka panjang. Sistem ini hanya menyelesaikan persoalan Merpati jangka pendek yaitu pengoperasian pesawat pesawatnya. Dalam jangka panjang malah ini tidak menyelesaikan kewajiban Merpati, dan bisa jadi anak usaha nya tumbuh dan Merpati hanya mendapatkan hasil untuk digunakan mencicil hutang nya (bisa jadi hanya mencicil bunganya).

Akan ada potensi munculnya persoalan baru, dimana jika KSO habis berlaku (KSO adalah perjanjian berdasar jangka waktu) sementara hutang PT. Merpati kepada pihak ketiga tetap tidak selesai, akhirnya Merpati tetap tidak akan dapat dipertahankan untuk kembali beroperasi. Sementara investor bisa jadi selama masa KSO sudah mendapatkan keuntungan yang cukup dan bisa jadi sudah mandiri dengan membentuk maskapai nya sendiri, akibatnya Rute yang dikelola selama KSO bisa jadi akan diambil alih  oleh Investor.

Kalau dilihat dari sisi kebutuhan dana agar PT. Merpati dapat terus mengoperasikan pesawatnya, sebenarnya Merpati tidak perlu investor KSO. Pada dasarnya Merpati menjual jasa pada penumpang, dimana jasa tersebut dibayar sebelum penumpang menggunakan jasa Merpati, yaitu  berupa ticket. Hal yang sama juga berlaku untuk angkutan barang berupa cargo, dimana Merpati menerima pembayaran juga didepan. Dengan membentuk persero baru dengan kerjasama KSO, sebenarnya investor seolah diberikan modal oleh Merpati untuk mengelola pesawatnya. Investor praktis tidak menyiapkan dana, misal avtur, untuk setiap penerbangan, karena dana itu didapat dari penjualan ticket yang sudah dilakukan.

Dari sisi bagi hasil, terlepas berapa porsen bagi hasilnya yang belum kita ketahui, KSO ini juga hanya ibarat penyambung nafas sementara saja bagi Merpati. Hasil usaha yang mestinya 100% untuk Merpati, dengan adanya KSO akan dibagi. Dan bisa jadi selama setahun awal KSO, Merpati tidak akan dapat apapun dari Persero baru ini, dikarenan deviden akan dibayarkan pada tahun berikutnya. Apakah Merpati masih bisa bertahan menunggu setahun lagi ?

Dan yang lebih celaka adalah para karyawan Merpati. Dimana bisa dipastikan tidak semua akan masuk ke Persero baru tersebut. Bagi yang tidak ikut masuk sebagai karyawan di Persero yang baru, siapa yang akan membayar gaji mereka?

Sementara bagi Merpati dengan adanya anak usaha tersebut tentu tidak akan lagi beroperasi sebagaimana layaknya perusahaan maskapai penerbangan, tidak lagi mengoperasikan pesawatnya (assetnya). Dari mana Merpati bisa membayar gaji karyawannya ?

Hemat saya, rencana Pemerintah khususnya Menteri BUMN untuk menyelesaikan persoalan Merpati dengan jalan KSO harus disikapi dengan kritis dan hati hati. Diteliti dengan seksama, jangan hanya mempertimbangkan kepentingan jangka pendek, dan mengabaikan kemungkinan persoalan baru yang akan muncul, yang nanti nya justru akan makin memberatkan PT Merpati Nusantara Airlines.

Rasanya masih banyak cara penyelesaian lain yang jauh lebih baik, seperti swap hutang menjadi saham, melibatkan BUMN yang ada kepentingan di Merpati untuk ikut memberikan kelonggaran, atau bisa saja meminta bantuan ke Rakyat Indonesia menyelamatkan maskapai ini.

Ya meminta bantuan pada rakyat Indonesia, untuk loyal menggunakan Jasa Maskapai ini, bisa dengan jalan membeli ticket-ticket penerbangan, semua rencana penerbangan melalui Merpati. Meminta juga para pengusaha ekspedisi membela dengan memakai jasa cargo Merpati, memimta bantuan pengusaha-pengusaha Indonesia dan Investor dan banyak lagi yang mestinya dapat dilakukan, tentunya jika pengelola Merpati dan Pemerintah bisa menjaga amanah dan mampu memberikan layanan yang baik bagi para pengguna jasa nya.

Saya koq yakin, dengan 240 juta penduduk Indonesia, pada dasarnya kita ini sangat-sangat mampu mandiri, mengelola kekuatan ekonomi kita sendiri, menguasai segala potensi ekonomi negeri ini sendiri, apalah lagi jika hanya urusan penerbangan yang pasarnya adalah Rakyat Indonesia sendiri.

Notes :Khusus untuk Cargosemestinya merpati bisa berinnovasi disini. Karena merpati melayani jalur jalur kota yang relative kurang kompetisi dengan maskapai lain. Jalur tersebut kurang kompetisi karena bukan jalur gemuk penerbangan penumpang dan kebanyakan jalur perintis. Disini Merpati bisa tingkatkan pendapatan di cargo, yang merupakan sesuatu yang sangat dibutuhkan oleh pengusaha dalam rangka pengiriman barangnya ke daerah yang sulit dijangkau tersebut, terutama yang butuh kecepatan. Bisnis Cargo justru sangat menguntungkan dibanding penumpang utamanya di daerah perintis. Sebagai ilustrasi, harga expedisi barang dari surabaya - mataram dari perusahaan expedisi sekitar Rp10.000 s/d Rp15.000 per kilo, dengan berat pengiriman 60 kg (sama dengan berat orang), perusahaan expedisi menerima pemasukan Rp600.000 s/d Rp900.000, bandingkan dengan ticket penumpang ke mataram yang hanya Rp350.000 s.d Rp500.000. Dengan nilai jual sedemikian perusahaan expedisi untungnya cukup besar. Nach sebagai maskapai yang membawa cargo, Merpati bisa masuk di bisnis ini dan berinnovasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun