Penuaan atau Proses Menua (Aging) adalah kondisi alami yang dialami oleh makhluk hidup, terutama manusia. Menjadi tua merupakan bagian dari siklus kehidupan manusia yang meliputi tahapan anak-anak, remaja, dewasa, dan tua. Lansia adalah seseorang yang berusia 60 tahun ke atas. Tahapan ini berbeda secara biologis, fisik, dan psikologis. Pada lansia, penuaan menghambat atau memperlambat kemunduran fungsi tubuh akibat bertambahnya umur.Â
Menurut data BPS (2020), dalam hampir lima dekade, persentase lansia di Indonesia meningkat sekitar dua kali lipat dari 1971 hingga 2019, menjadi 9,6% atau sekitar 25 juta orang. Lansia perempuan sekitar 1% lebih banyak dibandingkan lansia laki-laki, yaitu 10,10% berbanding 9,10%. Lansia muda (60-69 tahun) mendominasi dengan 63,82%, lansia madya (70-79 tahun) sebesar 27,68%, dan lansia tua (80 tahun ke atas) sebesar 8,50%. Pada 2019, lima provinsi telah memasuki struktur penduduk tua dengan penduduk lansia mencapai 10%: Yogyakarta (14,50%), Jawa Tengah (13,36%), Jawa Timur (12,96%), Bali (11,30%), dan Sulawesi Barat (11,15%). Menurut BKKBN (2020) Jumlah lansia di Indonesia diperkirakan akan meningkat menjadi 19,9% pada tahun 2045.
Pada saat proses penuaan terjadi tubuh akan mengalami penurunan dari kondisi prima sebelumnya, terutama dalam hal kecepatan, efisiensi, dan perbaikan. Seiring waktu, perubahan degeneratif ini menyebabkan gejala dan penyakit. Penyakit seperti ini disebut sebagai penyakit degeneratif. Penyakit degeneratif adalah kondisi kesehatan yang menyebabkan jaringan atau organ memburuk dari waktu ke waktu. Salah satu cara mencegah penyakit degeneratif bagi lansia yaitu dengan melakukan aktivitas fisik secara rutin.Â
World Health Organization/WHO (2018) merekomendasikan bentuk aktivitas fisik yang dapat dilakukan lansia di waktu senggang seperti berenang, bersepeda, berjalan kaki, berkebun, dan kegiatan aktif lainnya yang dilakukan bersama keluarga atau komunitas. Durasi aktivitas fisik yang dianjurkan adalah 150 menit setiap minggu dengan latihan aerobik intensitas ringan hingga sedang. Lansia dengan gangguan muskuloskeletal atau keluhan lainnya dapat melakukan aktivitas fisik minimal 3 kali seminggu untuk meningkatkan keseimbangan, sementara lansia tanpa keluhan direkomendasikan melakukan aktivitas fisik untuk penguatan otot dengan durasi 2 kali seminggu.
Melakukan aktivitas fisik secara rutin memberikan banyak manfaat bagi kesehatan, terutama bagi lansia. Berikut ini merupakan 6 manfaat melakukan aktivitas fisik secara rutin bagi lansia, yaitu :
1. Mengurangi Risiko Stroke
Stroke adalah salah satu penyebab utama kematian dan disabilitas di dunia. Lansia yang secara aktif melakukan aktivitas fisik fisik memiliki risiko lebih rendah terkena stroke atau kematian akibat stroke dibandingkan mereka yang kurang aktif.
2. Mencegah Gangguan Muskuloskeletal (MSDs)
Gangguan muskuloskeletal seperti osteoporosis, osteoarthritis, dan rematik lebih sering dialami lansia, terutama wanita. Melakukan aktivitas fisik berupa latihan fisik dan yoga dapat mengkompensasi penurunan fungsi sistem muskuloskeletal, meningkatkan kekuatan otot, total kalsium tubuh, dan memperbaiki koordinasi tubuh.
3. Mengatasi Inkontinensia Urin
Inkontinensia urin adalah masalah umum pada lansia yang dapat mempengaruhi fisik dan psikologis. Aktivitas fisik seperti senam dapat menguatkan otot panggul dan mengurangi masalah ini.
4. Menurunkan Tingkat Kecemasan
Lansia yang aktif secara fisik cenderung memiliki tingkat kecemasan yang lebih rendah. Aktivitas fisik berupa yoga dapat mengaktifkan hormon endorfin, yang memberikan efek bahagia dan mengurangi kecemasan serta stres.
5. Memperbaiki Kualitas Tidur
Aktivitas fisik secara rutin membantu lansia tetap bugar dan segar, meningkatkan kualitas tidur, melatih kekuatan tulang, dan mendorong fungsi jantung yang optimal. Ini juga dapat mengurangi gangguan tidur seperti insomnia.
6. Mencegah Penurunan Kognitif
Aktivitas fisik dapat meningkatkan fungsi kognitif dan menghambat penurunan kognitif pada lansia. Banyak studi menunjukkan bahwa lansia yang aktif secara fisik memiliki fungsi kognitif yang lebih baik dan risiko penurunan kognitif yang lebih rendah.
Sumber Referensi  :Â
Jannah, M., Azijah, I., & Ambarwati, K. (2023). Perbedaan Kualitas Hidup Wanita Lanjut Usia Yang Mengikuti Senam Dengan Yang Tidak Mengikuti Senam Lansia di Perumahan "Di" Bekasi. Jurnal Bidang Ilmu Kesehatan, 13(2), 170-175.
Patasik, A. S., Simamora, R. S., & Deniati, K. (2024). Hubungan Komunikasi Terapeutik dengan Kecemasan Lansia di Sentra Terpadu Pangudi Luhur Bekasi Tahun 2023. Jurnal Bidang Ilmu Kesehatan, 14(1), 90-96.
Fatria, I. (2023). Edukasi Pentingnya Aktivitas Fisik Untuk Menurunkan Risiko Serangan Stroke Bagi Lansia. SELAPARANG: Jurnal Pengabdian Masyarakat Berkemajuan, 7(3), 1893-1899.
Puspitasari, N., & Ariyanto, A. (2021). Hubungan aktivitas fisik dengan musculoskeletal disorder (MSDs) pada lansia. Journal of Physical Activity (JPA), 2(1), 1-7.
Arianshi, R., & Wijaya, A. K. (2022). Perbandingan Efektivitas Senam Kegel dan Senam Yoga Terhadap Penurunan Frekuensi Buang Air Kecil pada Lansia di Panti Tresna Werdha Pagar Dewa. Jurnal Ners Generation, 1(1), 22-27.
Lubis, B. S. (2022). Efektifitas Latihan Fisik Dan Yoga Dengan Kecemasan Lansia Di Samarinda. JPP (Jurnal Kesehatan Poltekkes Palembang), 17(2), 222-227.
Halimsetiono, E. (2023). Yoga sebagai upaya perbaikan fungsi kognitif pada lansia. JKP (Jurnal Kesehatan Primer), 8(1), 11-22.
Eriyani, T., Shalahuddin, I., Pebrianti, S., Maulana, I., & Nurrahmawati, D. (2023). Intervensi Senam untuk Meningkatkan Kualitas Tidur pada Lansia dengan Gangguan Tidur. Malahayati Nursing Journal, 5(6), 1734-1745.
https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/1714/penyakit-degeneratifÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H