Denting waktu kembali hadir di depan pintuÂ
Mengetuk batinku yang sedang jemuÂ
Dengan berbagai ironi piluÂ
Yang tak sanggup 'ku tanggung
Di suatu sepi,
Dering telepon memecah malamÂ
Gemetarku dibuatnya,
Tak sanggupku mengangkatnya,
Tak kuatku mendengar jeritannya,
Sebuah suara yang tak ingin ku dengar
Ketika ku angkat,
Satu demi satu nada keras itu kembali terdengar
Sajaknya terlalu dalam tuk diselami
Hingga derai air mataku tak kuasa menahan diri
Membanjiri malam yang dingin kini
Ayah,Â
Mengapa dikau sibuk mencari dayang
Ketika hatimu sudah bersama dia yang kau sayang?
Mengapa engkau terus mendua
Ketika cinta sejati ada di keluarga?
Ibu,
Mengapa engkau terus menggerutu?
Mengapa engkau tidak percaya padaku?
Anakmu kini terluka...
Anakmu ini merana...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H