Mohon tunggu...
Ferry Nalle
Ferry Nalle Mohon Tunggu... Freelancer - Seorang Penulis Dasar

Belajar menulis dalam kanvas yang tipis.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Epilog

19 Desember 2021   20:21 Diperbarui: 19 Desember 2021   21:24 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Derik sepi di padang tandus
Mengoles hasrat tuk gapai oase sunyi
Berderap dengan setiap getar yang tak pupus
Menyusun kembali titik nadir yang berbunyi

Buku sakti nan putih
Tak bercacat kala pena emas menari
Mengoleksi kisah para insani yang berbuih
Di kala hati tak sanggup menutup dini

Cinta berdiri sepi di ujung gelisah
Menyaksikan opera yang tak kunjung resah
Tinggi rendahnya dawai kembali merebah
Tuk sampaikan rasa yang kian terasah

Aku terbaring dalam himpitan cinta dan waktu
Yang kian menegaskan eksistensi dalam sendu
Ku ikhlaskan rindu pada hati yang pilu
Di pusat Bumi yang semakin candu

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun