Mohon tunggu...
ferra masitoh
ferra masitoh Mohon Tunggu... Dosen - Pengajar

“We forget that the water cycle and the life cycle are one.” — Jacques Yves Cousteau

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Edukasi Konservasi Airtanah: Universitas Negeri Malang Sosialisasikan Desain Sumur Resapan di Desa Mojorejo Kota Batu

11 November 2024   12:00 Diperbarui: 11 November 2024   12:02 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada Jumat, 4 Oktober 2024 Tim Riset Geografi Fisik dan Lingkungan dari Departemen Geografi Universitas Negeri Malang (UM) melakukan kegiatan pendampingan literasi konservasi airtanah menggunakan desain sumur resapan di Desa Mojorejo. Kegiatan ini dilaksanakan dalam rangka melaksanakan salah satu dari tridharma perguruan tinggi, yaitu pengabdian kepada masyarakat. Pendampingan literasi dilakukan dengan pemberian modul, sosialisasi, dan juga diskusi. Kegiatan ini bertujuan untuk mengedukasi masyarakat, utamanya Pemerintah Desa Mojorejo dalam melestarikan airtanah dan juga memberikan saran terkait jumlah dan desain sumur resapan sebagai salah satu upaya pelestarian sumber daya air yang ada di Desa Mojorejo.

Desa Mojorejo: Tantangan dalam Pemenuhan Kebutuhan Air akibat Alih Fungsi Lahan

Desa Mojorejo terletak Kecamatan Junrejo, Kota Batu pada 7°52'–7°53' LS dan 112°32'–112°34' BT. Desa ini memiliki luas wilayah 1,92 km². Peningkatan jumlah penduduk yang terjadi setiap tahunnya mengakibatkan peningkatan kebutuhan penduduk, termasuk kebutuhan terhadap air dan lahan. Namun kedua aspek ini tidak bisa berjalan berdampingan, dimana alih fungsi lahan akan berdampak pada berkurangnya ruang terbuka hijau (RTH) sebagai area resapan air. Sedangkan kurangnya daerah resapan air akan mempengaruhi ketersediaan airtanah dan kebutuhan air tidak dapat terpenuhi.  Disisi lain, penggunaan airtanah yang berlebihan dan tidak diiringi dengan pelestarian airtanah, juga dapat menyebabkan berkurangnya ketersediaan airtanah. Oleh karena itu, diperlukan adanya usaha untuk meningkatkan area resapan air, sehingga airtanah dapat terlestarikan.

Kantor Desa Mojorejo (Dokumentasi Penulis)
Kantor Desa Mojorejo (Dokumentasi Penulis)

Observasi Lapangan Ungkap Keterbatasan Infrastruktur Resapan dan Pengelolaan Mata Air di Desa Mojorejo

Observasi oleh tim riset UM dilakukan dengan dua cara, yaitu secara langsung dengan berkeliling pada Desa Mojorejo dan juga melakukan wawancara dengan Kepala Desa Mojorejo, Bapak Rujito untuk mendapatkan gambaran umum desa. Menurut informasi yang didapatkan, belum terdapat sumur resapan di wilayah Desa Mojorejo. Hal ini dikhawatirkan akan berdampak terhadap ketersediaan air tanah melihat latar belakang peningkatan kebutuhan air dan alih fungsi lahan yang terjadi.

Wawancara Tim Riset dengan Kepala Desa Mojorejo (Dokumentasi Penulis)
Wawancara Tim Riset dengan Kepala Desa Mojorejo (Dokumentasi Penulis)

Wawancara Tim Riset dengan Kepala Desa Mojorejo (Dokumentasi Penulis)
Wawancara Tim Riset dengan Kepala Desa Mojorejo (Dokumentasi Penulis)

Wawancara yang dilakukan juga memberikan informasi mengenai sumber daya air yang digunakan oleh masyarakat Desa Mojorejo. Dimana desa ini memiliki dua sumber air utama, yang berada di Dusun Kajang dan Dusun Ngandat. Dengan mendapatkan informasi ini, tim riset UM melakukan observasi langsung ke sumber air utama yang dimaksud.

Berdasarkan hasil observasi diketahui kondisi sekitar  bahwa vegetasi di sekitar mata air di Dusun Kajang didominasi oleh pohon bambu dan semak-semak, yang dapat mengurangi run-off dan meningkatkan infiltrasi. Namun kondisi mata air ini kurang terawat. Sementara itu, mataair yang terletak di Dusun Ngandat dikenal sebagai mataair Punden Mbok Tarminah. Mataair ini berada di dekat pohon beringin dan bangunan yang biasanya digunakan untuk kegiatan spiritual. Air yang keluar dari kedua mata air ini akan ditampung, kemudian didistribusikan ke warga setempat menggunakan.

“Desa Mojorejo telah melakukan beberapa upaya konservasi airtanah, seperti pembentukan HIPPAM dan himbauan untuk tidak membangun bangunan dekat dengan sumber mata air. Namun, masih terdapat beberapa tantangan, seperti kepemilikan mata air yang masih perorangan dan kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga kelestarian sumber air.” ujar Bapak Rujito, Kepala Desa Mojorejo. Hal ini menunjukkan menunjukkan bahwa Desa ini memerlukan tindakan konservasi yang lebih terstruktur dan berkelanjutan guna menjaga keberlanjutan sumber daya air bagi masyarakat.

Mataair di Dusun Kajang (Dokumentasi Penulis)
Mataair di Dusun Kajang (Dokumentasi Penulis)

Mataair di Dusun Ngandat (Dokumentasi Penulis)
Mataair di Dusun Ngandat (Dokumentasi Penulis)

Konservasi Airtanah dengan Desain Sumur Resapan di Desa Mojorejo

Sumur resapan merupakan salah satu usaha yang dapat digunakan dalam konservasi airtanah. Sumur resapan akan membantu penyerapan air, utamanya air hujan, untuk menyerap ke dalam tanah dan mempercepat siklus air. Selain itu, sumur resapan juga merupakan solusi yang tepat untuk memaksimalkan pelestarian dengan menggunakan lahan yang minim. Oleh karena itu, tim riset UM memberikan usulan desain sumur resapan dengan mempertimbangkan berbagai aspek bentang alam dan lingkungan Desa Mojorejo. Usulan desain sumur resapan ini didasarkan pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 11/PRT/M/2014 yang mengatur pedoman teknis pembuatan sumur resapan air hujan, berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) 03-2453-2002.

Berdasarkan pengolahan data yang dilakukan oleh tim riset UM, didapatkan hasil bahwa Desa Mojorejo membutuhkan sekitar 31 sumur resapan dengan diameter 1 meter dan kedalaman 2 meter. Konstruksi sumur yang diperlukan diantaranya adalah buis beton diameter 1m, plat penutup SRA sumur resapan, dan pipa untuk air masuk – keluar. Selain itu, pada bagian dasar sumur diperlukan adanya lapisan ijuk, pasir, dan kerakal untuk mempercepat proses infiltrasi air yang masuk di sumur resapan.

Sumur-sumur resapan ini direkomendasikan untuk ditempatkan di area pemukiman dan lokasi-lokasi strategis, seperti Balai Desa, untuk memaksimalkan dampaknya. Pembagian sumur resapan disesuaikan dengan luas masing-masing RW. Dimana RW 1 membutuhkan 4 sumur, RW 2 membutuhkan 3 sumur, RW 3 memerlukan 3 sumur, RW 4 membutuhkan 7 sumur, RW 5 membutuhkan 3 sumur, RW 6 memerlukan 3 sumur, dan RW 7 serta RW 8 membutuhkan masing-masing 4 sumur.

Kegiatan Pendampingan Literasi Konservasi Airtanah Menggunakan Desain Sumur Resapan di Desa Mojorejo

Pendampingan literasi dilaksanakan di Kantor Desa Mojorejo yang dimulai pukul 19:00 WIB dan dihadiri oleh perangkat desa. Pendampingan ini dilakukan dengan pemberian modul, sosialisasi, dan juga diskusi. Modul yang diberikan berisi terkait kondisi umum wilayah Desa Mojorejo, konservasi airtanah dan mataair, serta saran terkait konservasi menggunakan desain sumur resapan. Kemudian sosialisasi dan diskusi dilaksanakan untuk memberikan penjelasan dan diskusi terkait isi modul kepada masyarakat. Selain modul, materi konservasi airtanah di desa mojorejo juga dikemas dalam bentuk poster.

Penyerahan Modul secara Simbolis kepada Kepala Desa Mojorejo (Dokumentasi Penulis)
Penyerahan Modul secara Simbolis kepada Kepala Desa Mojorejo (Dokumentasi Penulis)

Penyerahan Poster secara Simbolis kepada Kepala Desa Mojorejo (Dokumentasi Penulis)
Penyerahan Poster secara Simbolis kepada Kepala Desa Mojorejo (Dokumentasi Penulis)
Materi sosialisasi disampaikan oleh ketua pelaksana pengabdian, yaitu Ibu Ferryati Masitoh dengan menjelaskan terkait isi modul secara singkat. Sosialisasi ini menjadi sarana bagi warga untuk mengemukakan pendapat dan pertanyaan terkait pelaksanaan atau penerapan konservasi airtanah yang diusulkan. Selain itu, dengan adanya sesi diskusi, warga diajak untuk berbagi pengalamannya dalam konservasi airtanah yang sudah diterapkan di desa.

Penyampaian Materi Sosialisasi oleh Ibu Ferryati Masitoh (Dokumentasi Penulis)
Penyampaian Materi Sosialisasi oleh Ibu Ferryati Masitoh (Dokumentasi Penulis)

Rekomendasi untuk melestarikan air tanah melalui pembuatan sumur resapan disambut baik oleh perangkat desa. Selama sosialisasi dan diskusi, perangkat desa sangat antusias mengemukakan pendapat dan permasalahan yang dihadapi terkait pengelolaan airtanah. Hal ini menunjukkan masih ada sejumlah masalah yang berkaitan dengan mata air dan air tanah di Desa Mojorejo.

Diskusi dengan Perwakilan Ketua RW terkait Permasalahan Airtanah dan Mataair (Dokumentasi Penulis)
Diskusi dengan Perwakilan Ketua RW terkait Permasalahan Airtanah dan Mataair (Dokumentasi Penulis)

Dengan adanya kegiatan ini, diharapkan masyarakat masyarakat mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang konservasi air tanah dan dapat melestarikan sumber daya air saat ini untuk memenuhi kebutuhan penduduk di masa depan. Apabila penerapan sumur resapan ini dilaksanakan, diharapkan dapat bermanfaat bagi kelestarian air di Desa Mojorejo.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun