kabinet Jokowi jilid 2 ini, mulai dari kalangan profesional sampai politikus. Namun ada beberapa nama yang mengejutkan publik, entah karena sosoknya yang fenomenal maupun rekam jejaknya.
Presiden dan Wakil Presiden Indonesia terpilih, Joko Widodo - Ma'ruf Amin telah mengumkan susunan kabinetnya pada Rabu (23/10/2019) di istana negara. Tampak wajah baru dalamMulai Prabowo Subianto, Tito Karnavian, Fakhrul Razi, Wishnutama dan nama lainnya. Tapi ada satu nama yang tak kalah mengejutkan, yakni masuknya Nadiem Makarim, salah satu founder startup terkemuka di Indonesia, yakni Gojek. Mengapa tidak, Nadiem menempati posisi yang menurut saya cukup strategis, yaitu Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, dan saya lebih tertarik membahas bagaimana peran Nadiem nantinya.
Jika kita lihat pada periode Jokowi maupun presiden sebelumnya, posisi Mendikbud biasanya ditempati oleh para intelektual atau yang memiliki jabatan di sebuah universitas, baik itu rektor atau majelis wali amanat. Sebut saja Muhadjir Effendy, Anies Baswedan, atau Mohammad Nuh, mereka semua berasal dari kampus atau sebelumnya memiliki pengalaman secara teknis dalam bidang pendidikan.
Saya tidak menyangkal kalau Nadiem pun merupakan seorang intelektual, bahkan pendidikan terakhirnya di Harvard University. Visinya mengenai pendidikan patut diperhitungkan. Namun saya melihat sosok Nadiem lebih kepada seorang pengusaha ekonomi kreatif atau pebisnis dengan basis digital.
Pernyataan saya soal kecenderungan Nadiem sebagai pebisnis didukung oleh pernyataannya yang disitat dari CNBC Indonesia (23/10/2019), "saya bukan dari sektor pendidikan tetapi saya lebih mengerti apa yang akan ada di masa depan kita karena saya bidangnya, bisnis saya di bidang masa depan untuk mengantisipasi masa depan."
Nadiem mengakui bahwa dirinya bukan dari sektor pendidikan, sehingga kita perlu mengawal dengan sungguh-sungguh bagaimana wajah pendidikan Indonesia kelak.Â
Pada pernyataan yang lain Nadiem mengatakan bahwa bidang pendidikan penuh dengan tantangan. "Harapan saya ke depan adalah untuk menciptakan pendidikan berbasis kompetensi dan berbasis karakter, itu luar biasa penting untuk kita terutama berawal dari guru, dari sisi kapasitas dan kesejahteraan guru karena murid itu hanya bisa sebaik gurunya," jelas Nadiem, disitat dari CNBC Indonesia.
Isi keterangan Nadiem tersebut sedikit menyinggung mengenai kesejahteraan guru, pada bagian ini saya cukup optimis bahwa Nadiem setidaknya di awal mengeluarkan statement betapa pentingnya kapasitas dan masa depan guru. Namun nampaknya perkataan tersebut belum dapat sepenuhnya kita jadikan acuan.
Selain menyinggung soal tantangan pendidikan dan kesejahteraan guru, Nadiem pun mengeluarkan visinya yang juga arahan Presiden Jokowi mengenai link and match bidang pendidikan dengan kompetensi sumber daya manusia dalam bidang ketenagakerjaan.Â
"Sekali lagi ini adalah visi Bapak Presiden bukan visi saja. Link and match itu adalah saya akan mencoba menyambung apa yang dilakukan institusi pendidikan menyambung apa yang dibutuhkan di luar institusi pendidikan agar bisa beradaptasi dengan segala perubahan itu," ujar Nadiem seperti dilansir oleh CNBC Indonesia.
Setelah melihat pernyataan tersebut, tentu kita kembali menerka gambaran orientasi pendidikan di tangan Nadiem berdasar arahan Presiden, yakni pendidikan yang bisa memenuhi kebutuhan pasar tenaga kerja.