Mohon tunggu...
Ferry Admi Ral
Ferry Admi Ral Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Sunda yang Ramah, Dulu dan Sekarang

26 September 2018   20:30 Diperbarui: 28 September 2018   00:32 3492
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

---------------

Tetapi minggu malam yang lalu saya dikejutkan saat masuk video pengeroyokan seorang supporter Jakmania oleh para pendukung Persib, the Viking di WA saya. Sebuah keberingasan dan bahkan kesadisan yang luar biasa, mengeroyok memukul, menghantam seperti tidak ada rasa iba, rasa kasihan dan tidak berhenti meskipun yang bersangkutan sudah lemah, berdarah, tiada berdaya dan bahkan sudah pingsan.

Memukul binatang pun rasanya kita tidak mau lagi bila binatang itu sudah lemah tak berdaya, tetapi ini semakin merintih semakin teriak minta tolong semakin naik libido kemarahan itu, semakin semangat untuk terus bergantian memukul menghantam. Darah dan luka yang tampak pada si korban justru menjadi bahan bakar minyak, pengobar dan pemantik pelampiasan emosi berikutnya.

Kejadian yang terlihat di video rekaman di Stadion Sepak bola Bandung itu bak sesuai dengan nama stadionnya seperti menyalurkan sebuah gelora lautan api, api emosi dan kebrutalan. Ada 30-an mengeroyok terus menerus dengan berbagai cara dan alat bantu. 

Tidak ada yang menolong atau berani menolong karena situasi yang penuh emosi itu. Dari perkiraan 30 orang yang 8 (delapan) orang tersangka yang sudah ditetapkan itu, 2 (dua) masih di bawah umur - anak- anak yang tega berbuat brutal, dan 1 (satu) sudah kategori tua / dewasa (41 tahun) yang semestinya emosinya lebih stabil dan tidak masuk ke dalam huru hara dunia supporter bola tersebut. 

Benar- benar luar biasa. Tidak ada sedikitpun sisi kemanusiaan yang baik terlihat di kejadian itu, apalagi hanya sekedar kesantunan dan keramahan, semuanya brutal sadis hingga tewas mengenaskan pemuda 23 tahun tersebut.

---------

Dan saya terkejut, tertegun, heran ketika tersadar bahwa kejadian itu adalah di kota Bandung, oleh orang Bandung, tanah dan urang Sunda yang justru terkenal dengan keramahtamahan, kebaikan dan budaya sopan santunnya yang selama ini menjadi icon dan karakteristik mereka. Tidak percaya.

Meski saya tidak memahami bagaimana jiwa seorang supporter maniak karena bukan petualang penonton bola door to door stadion ke stadion, tetapi tidak percaya bahwa ini dilakukan oleh orang Sunda, orang dan masyarakat yang saya dan banyak orang Indonesia yang kagum akan keramahtamahan dan kesantunan sebagaimana diuraikan di atas. Tidak percaya ketika budaya dan adat istiadat yang yang begitu terpuji menghilang begitu saja di dunia bola, di lapangan sepak bola. Tidak berbekas, tidak mencirikan sedikitpun.

-------

Ini jelas ada yang salah. Salah dalam jiwa jiwa mereka yang terbius dengan ekslusivisme fanatik pendukung bola, salah dalam tataran "dunia persilatan" kelompok kelompok penggila live bola, dan juga mungkin ada yang salah dan perlu dibenahi budaya dan edukasi masyarakat yang semestinya tetap ada simpati dan toleransi dengan berbeda dukungan beda kelompok, tetapi hilang dan sirna ketika sudah berada di ranah dukung mendukung klub bola dan di lapangan bola.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun