Mohon tunggu...
Ferry Fitrianto
Ferry Fitrianto Mohon Tunggu... Lainnya - penulis di beberapa media

IG

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mengenal Lebih Dekar Musdah Mulia Sang Pejuang Emansipasi Wantia

22 Agustus 2022   08:00 Diperbarui: 22 Agustus 2022   08:05 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Siapa tidak kenal dengan tokoh yang satu ini? Namanya sudah melambung tinggi dalam dunia akadmisi dan dia juga dikenal sebagai akivis perempuan, dia adalah Siti Musdah Mulia. Mbak Musdah biasa orang memanggilnya, dia lahir di Bone, Sulawesi Selatan pada 3 Maret 1958 dari pasangan H.Mustamim Abdul Fatah dan Hj.Bauidah Achmad.

Musdah lahir dari latar belakang keluarga ulama, silsilah keluarganya apabila kita terlusuri lebih jauh dia merupakan keturunan dari H.Abdul Fatah ayah dari H. Mustamin Abdul Fatah, H. Abdul Fatah merupakan seorang mursyid tarikah Khalawatiyah ternama di Bone.

Sejak kecil Musdah sudah menunjukkan minatnya pada ilmu pengetahuan agama. Pesantren As'adiyah merupakan tempat Musdah mempelajari dasar-dasar agama hingga dia lulus. 

Kemudian setelah itu dia dibawa oleh kedua orangtuanya pindah ke Jawa, tepatnya di Surabaya.  Musdah dan keluarganya tinggal diperumahan elit dekat dengan asramaAngkatan Laut sekitar Tanjung Perak. Sekitar 7 tahun mereka tinggal di Surabaya dan pada tahun 1967 mereka pindah ke Jakarta.  

Mereka tinggal di Kampung nelayan yang kumuh, bau, dan banyak dihuni oleh para nelayan miskin karena jeratan tengkulak. Musdah kecil menyaksikan anak-anak nelayan tidak bersekolah karena tuntutan ekonomi yang mengharuskan mereka membantu orang tuanya melaut mencari ikan. 

Kehidupan pesisir memanglah keras tidak seperti di perkotaan yang segalanya tersedia, setiap hari Musdah menyaksikan orang mabuk-mabukan dan perkelaahian antar sesama, bahkan PSK (Pekerja Sek Komersial) mudah dijumpai disetiap sudut jalan dan kondisi rumah yang sangat berantakan tidak tertata rapi. Secara umum penduduk pesisir tidak mengenyam pendidikan dan bagi perempuan hanya menamatkan sampai SD setelah itu mereka dinikahkan.

Kondisi sosoal budaya yang ditempati Musdah sangatlah memperihatinkan bahkan sampai membekas dipikiran Musdah hingga kini. Dengan melihat sosial budaya yang seperti itu akhirnya mengangkat minat dan daya kritis Musdah untuk mengangkat harkat dan martabat perempuan. 

Ketika kakeknya Musdah kunjungan ke kampung pesisir dia melihat dengan persaan prihatin dan dia menyarankan ke ibunya Musdah agar segera kembali ke kampung halaman di Bone, dikhawatirkan Musdah dan saudara-saudaranya terkontiminasi denagan hal-hal negatif yang berkebang dilingkungan tempat tinggalnya. Dengan demikian akhirnya Musdah pun kembali ke kampung halamanya di Bone.

Musdah menempuh pendidikan formalnya di SD Negeri Surabaya, ketika menginjak kelas 4 dia pindah ke Jakarta dan masuk ke SD Negeri Koja, Jakarta Utara. Ketika disekolah Musdah mendapatkan perhatian dan bimbingan dengan penuh dedikasi seorang guru. 

Guru yang dianggap paling berkesan bagi Musdah yaitu Pak Soetomo, sebab pak Soetomo selalu mendorong aktif belajar dan juga mendorong Musdah untuk selalu mengikuti lomba, misalnya Musdah pernah diminta untuk mengikuti lomba ''Musabaqah Tilawatil Qur'an'' , namun Musdah sadar bahwa dirinya tidak mngkin akan menang mengikuti lomba tingkat kota tersebut, akan tetapi Pak Soetomo memberikan bingkisan hadiah kepada Mudah agar dia tidak patah arang. Selama dua tahun Musdah belajar dengan Pak Soetomo dan selalu terpilih sebagai murid teladan.

Pendidikan formal yang pernah dienyam Musdah Mulia yaitu dia menamatkan pendidikan Sekolah Dasar pada tahun 1969 di Surabaya. Kemudian dia melanjutkan pendidikan di Pondok Pesantren As'adiyah, Sulawesi Selatan dan tamat pada tahun 1973.  Kemudian pada tahun 1977 Musdah masuk Fakultas Syari'ah As'adiyah. Pada tahun 1980 Musdah Mulia menyelesaikan pendidikan Sarjana Muda Jurusan Dakawah Fakultas Ushuluddin, Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makasar. 

Selanjutnya dia masuk S1 di Fakultas Adab  jurusan Bahasa dan Sastra Arab, IAIN Alaudin Makasar. Kemudian Musdah kembali ke Jakarta untuk melanjutkan S2 dan dia masuk ke IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta atau sekarang UIN Syarif Hiadyatullah dengan mengambil jurusan Sejarah Pemikiran Islam dan S3 dia mengambil jurusan Pemikiran Politik Islam di Universitas yang sama.

Setelah menyelesaikan studinya kini Musdah Mulia menjadi dosen di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Selain itu Musdah aktif di ICRP (Indonesia Confrence Religion and Peace) dan dia sebagai Sekjen organisasi tersebut sejak 1998 yang pada waktu itu Presiden ICRP adalah Prof.Dr. Nurcholis Madjid (Cak Nur). 

Musdah juga menjadi ketua forum pemuka agama yang menangani soal kekerasan terhadap perempuan maka tidak heran bahwa musdah dikenal sebagai seorang pejuang feminism yang menghendaki adanya kesederajaatan antara laki-laki dan perempuan. Musdah juga duduk sebagai direktur dalam lembaga kajian Agama dan Gender.

Musdah secara aktif menyuarakan nilai-nilai kemanusaan berupa keadilan, moralitas, pluralism, dan kesetaraan gender melalui karya tulisnya yang sangat tajam dan kritis. Dia juga tak jarang menelanjangi kebijakan yang dianggapnya tidak adil maka tidak mengehrankan bila Musdah Mulia sering membuat Kontroversial, hal ini karena Musdah berani melawan arus. 

Tidak jarang tuduhan kafir dan sesat sering disematkan pada diri Musdah Mulia oleh kelompok-kelompok yang tidak suka dengannya. Meski begitu dia tetap gigih memperjuangkan keadilan terutama pada perempuan yang secara ruang domestic selalu mendapatkan perlakuan yang tidak adil dari kaum patriarki. Disela-sela kesibukanya sebagai dosen dia sering mengisi seminar baik lokal, nasional maupun Internasional.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun